:: Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh :: Selamat datang di website resmi Masjid Amal Bakti - Puncak Sekuning - Palembang :: Semoga isi dari website ini bisa bermanfaat untuk kita semua :: Terima kasih atas kunjungannya :: Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh ::
===========================================================
===========================================================

Jumat, 27 Januari 2012

Tetap Optimistis


Akhir perjalanan sudah pasti, sedangkan bekal belum lagi terisi. Maka, jika napas masih berdesah dan mentari masih hangat dirasakan, tak perlu berkeluh kesah meratapi masa lalu yang telah pergi. Tak juga berkhayal melukis langit tiada bertepi. Masa lalu adalah lembaran kertas yang telah terbakar yang tidak meninggalkan apa pun, kecuali kenangan keceriaan atau pahit getirnya pengalaman. Hari kemarin telah berlalu, hari esok belum lagi tentu. Maka, anggap saja hidup kita hanyalah hari ini, agar diri kita sibuk mengisi bekal menuju hari nanti. Kekasih abadi mengetuk nurani, "Hai orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang dipersiapkannya untuk hari esok ...." (59: 18).

Sambil mempersiapkan bekal, seorang yang hatinya berpaut cinta Ilahi akan melepaskan pandangannya sejenak ke masa lalu, membuka album tua yang telah kusam. Bukan untuk berhenti atau terperangkap dalam nostalgia tanpa prestasi, melainkan sebagai penyegar semangat dengan menimba pengalaman membaca sejarah. Sungguh sudah berlalu sunah-sunah Allah untuk menjadi berita pelajaran bagi orang-orang yang beriman. (QS Ali Imran [3]: 137).

Membaca sejarah berarti menimba hikmah untuk dijadikan pedang kelewang menebas segala kebodohan dan kebatilan. Dan sejatinya, cara kita menyikapi sejarah harus bertanya, "Mengapa, bagaimana, dan apa akibatnya? Bukan hanya berhenti pada siapa, kapan, dan di mana?"

Kita harus mampu menganalisis dengan bertanya. Mengapa peristiwa itu terjadi? Bagaimana caranya agar hal-hal yang tidak kita inginkan dapat kita hindari? Apa akibat atau risikonya bagi eksistensi dan keberhasilan cita-cita kita?

Dengan pendekatan seperti ini, sejarah akan menjadi inspirasi dan motivasi unggul untuk menghasilkan prestasi "ulil al-bab" sebagai bentuk pertanggungjawaban manusia dalam kedudukannya sebagai khalifah fil ardhi (divine vicegerency).

Hanya bangsa yang besar yang memahami makna kesejarahannya. Dan bangsa yang memutus tali kesejarahannya akan lenyap ditelan gelombang peradaban yang tak kenal belas kasihan. Berbekal sejarah, ia tak kenal rasa takut menatap masa depan. Karena bagi dirinya, setiap hari adalah saat terbaik mengerahkan segala potensi meraih prestasi. Hari ini tidak bisa digugat. Sepiring nasi yang terhidang hari ini lebih berarti dari emas permata di hari esok. Ya, hari inilah milikmu. Bukankah ada pepatah indah, "Bekerjalah kamu seakan kamu akan hidup selamanya dan beribadahlah kamu seakan kamu akan mati esok hari."

Karena milikmu hanya ada di hari ini, maka tebarkanlah benih amal manfaat betapa pun esok bekal kiamat tak ada kata henti menikam hasrat. Tetaplah optimistis menanti semburat cahaya mentari. Orang optimis itu sungguh jauh dari sifat berkeluh kesah. Karena, ratapan penyesalan hanya merobek jiwa dan menambah sesaknya dada. Mereka yakin, pada setiap bercak dosa dan nista sesunguhnya selalu ada pintu-pintu pengampunan-Nya. Di setiap penyakit ada obatnya. Di setiap kegagalan ada sukses yang menunggu. Maka tetaplah optimistis.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Makna Agung Kata 'Insya Allah'.. Jangan Sembarangan Mengucapkannya


Dalam buku Asbabun Nuzul yang disusun oleh KH Q Shaleh dkk (1995) menukil riwayat mengenai asbabun nuzul (sebab turun) surah al-Kahfi ayat 23-24. "Dan jangan sekali-kali kamu mengatakan tentang sesuatu: Sesungguhnya aku akan mengerjakan ini besok pagi, kecuali (dengan menyebut); 'Insya Allah'." (QS al-Kahfi [16]:23-24).

Suatu hari, kaum Quraisy mengutus an-Nadlr bin al-Harts dan Uqbah bin Abi Mu'ith menemui seorang pendeta Yahudi di Madinah untuk menanyakan kenabian Muhammad. Lalu, kedua utusan itu menceritakan segala hal yang berkaitan dengan sikap, perkataan, dan perbuatan Muhammad.

Lalu, pendeta Yahudi berkata, "Tanyakanlah kepada Muhammad akan tiga hal. Jika dapat menjawabnya, ia Nabi yang diutus. Akan tetapi, jika tak dapat menjawabnya, ia hanyalah orang yang mengaku sebagai Nabi. Pertama, tanyakan tentang pemuda-pemuda pada zaman dahulu yang bepergian dan apa yang terjadi kepada mereka. Kedua, tanyakan juga tentang seorang pengembara yang sampai ke Masyriq dan Maghrib dan apa yang terjadi padanya. Ketiga, tanyakan pula kepadanya tentang roh."

Pulanglah utusan itu kepada kaum Quraisy. Lalu, mereka berangkat menemui Rasulullah SAW dan menanyakan ketiga persoalan tersebut di atas. Rasulullah SAW bersabda, "Aku akan menjawab pertanyaan kalian besok." Rasul menyatakan itu tanpa disertai kalimat "insya Allah".

Rasulullah SAW menunggu-nunggu wahyu sampai 15 malam, namun Jibril tak kunjung datang. Orang-orang Makkah mulai mencemooh dan Rasulullah sendiri sangat sedih, gundah gulana, dan malu karena tidak tahu apa yang harus dikatakan kepada kaum Quraisy. Kemudian, datanglah Jibril membawa wahyu yang menegur Nabi SAW karena memastikan sesuatu pada esok hari tanpa mengucapkan "insya Allah". (QS al-Kahfi [18]:23-24).

Dalam kesempatan ini, Jibril juga menyampaikan tentang pemuda-pemuda yang bepergian, yakni Ashabul Kahfi (18:9-26); seorang pengembara, yakni Dzulqarnain (18:83-101); dan perkara roh (17:85).

Mufassir Ibnu Jarir ath-Thabari dalam Kitab Jaami'ul Bayan menjelaskan, "Inilah pengajaran Allah kepada Rasulullah SAW agar jangan memastikan suatu perkara akan terjadi tanpa halangan apa pun, kecuali menghubungkannya dengan kehendak Allah SWT.

Sungguh agung makna kata "insya Allah" itu. Di dalamnya dikandung makna paling tidak empat hal. Pertama, manusia memiliki ketergantungan yang tinggi atas rencana dan ketentuan Allah (tauhid). Kedua, menghindari kesombongan karena kesuksesan yang dicapai (politik, kekayaan, keilmuan, dan status sosial.) Ketiga, menunjukkan ketawaduan (keterbatasan diri untuk melakukan sesuatu) di hadapan manusia dan Allah SWT. Keempat, bermakna optimisme akan hari esok yang lebih baik.

Bagaimana jika kata "insya Allah" dijadikan tameng untuk memerdaya manusia atau dalih untuk melepaskan diri dari tanggung jawab? Sesungguhnya kita telah melakukan dua dosa. Pertama, menipu karena menggunakan zat-Nya. Kedua, kita telah menipu diri kita sendiri karena sesungguhnya kita enggan menepatinya, kecuali sekadar menjaga hubungan baik semata dengan rekan, kawan, atau relasi. Wallahu a'lam.

Tulisan ini dimuat di Republika cetak dengan judul Makna Insya Allah

Sumber

Baca Selengkapnya......

Belajar Kesederhanaan dari Kiai Rasimin


Kiai Ahmad Muhammad Rasimin tinggal di Kampung Jaha, empat kilometer selatan Anyer. Beliau memimpin pesantren salaf. Kehidupannya sangat sederhana. Rumahnya tidak lebih indah dari bilik-bilik para santri. Tak terlihat ada kendaraan bermotor di rumahnya, apalagi mobil.

Para santrinya tinggal di gubuk-gubuk bambu. Antara santri laki-laki dan perempuan dipisahkan oleh sebuah sungai kecil. Para santri laki-laki mandi di kolam yang dialiri oleh sungai tadi, sedangkan para santri perempuan mandi di kamar mandi milik masjid kampung.

Beberapa tahun silam, saya diminta berkhotbah di masjid kampung itu. Setelah itu, kami makan siang di rumah Kiai Rasimin. Sebelum berkhotbah, saya diminta untuk berceramah selama 20 menit dengan menggunakan pengeras suara. Kemudian, saat berkhotbah, saya diminta untuk membaca teks khotbah yang hanya berbahasa Arab dan pengeras suara dimatikan. Teks khotbah kami baca kurang lebih lima menit, sesudah itu kami melaksanakan shalat Jumat.

Kiai Rasimin sangat tawadu. Suatu hari, beliau diminta oleh wali kota Cilegon untuk menunaikan ibadah haji karena belum berhaji. Waktu itu, biaya untuk beribadah haji sebesar tujuh juta rupiah. Namun, tawaran itu ditolak dengan alasan beliau belum wajib berhaji karena belum mampu.

Beliau memberikan solusi agar uang untuk berhaji itu digunakan untuk membangun jembatan yang menghubungkan antara kampung bagian timur dan barat. Sehingga, manfaatnya lebih besar dan pahalanya akan terus melimpah karena ekonomi kampung itu menjadi semarak. Sedangkan jika berhaji untuk beliau, pahalanya kecil. Saran itu pun diterima oleh wali kota Cilegon.

Ketika berkunjung ke Kampung Jaha beberapa waktu lalu, jembatan itu sudah lama dibangun. Dan, Kiai Rasimin masih tetap belum berhaji. Kami sungguh sangat mengagumi sikap dan perilaku Kiai Rasimin. Beliau lebih mendahulukan kepentingan umat daripada kepentingannya sendiri. Barangkali perilaku di negeri kita yang seperti Kiai Rasimin ini jarang dijumpai. Kebanyakan oknumoknum kiai di Indonesia justru bersikap sebaliknya, mereka merengekrengek kepada penguasa untuk dapat diberangkatkan ke Makkah.

Beberapa tahun lalu, saat diselenggarakannya Seminar Zakat di Padang, Sekretaris Dewan Fatwa Suriah, Prof Dr Ala al-Din al-Za'tari, menceritakan kehidupan seorang syekh. Suatu hari, syekh ini kedatangan tamu yang bermaksud meminta restu untuk berhaji yang kedua kali. Syekh memberikan saran agar biaya berhaji kedua itu digunakan untuk membantu anak yatim. Sang tamu pun menuruti nasihatnya.

Tahun berikutnya, sang tamu datang lagi, dan syekh memberikan saran agar keinginannya untuk berhaji yang kedua diberikan untuk membantu janda-janda miskin di kampungnya. Ia pun kembali ke kampungnya dan menyerahkan uangnya untuk janda-janda miskin, sebagaimana saran syekh.

Setahun kemudian, sang tamu datang lagi dan menyampaikan keinginan yang sama untuk berhaji. Lagi-lagi, syekh ini memberikan saran agar uangnya diberikan kepada orang fakir yang tak punya rumah di kampungnya. Karena menurut syekh, membantu orang yang membutuhkan (miskin), jauh lebih bermanfaat dibandingkan berhaji berulang-ulang.

Tulisan ini dimuat di Republika cetak dengan judul Kesederhanaan Kiai Rasimin

Sumber

Baca Selengkapnya......

Kamis, 26 Januari 2012

Penodaan Agama


Beberapa saat setelah wafatnya Nabi Muhammad SAW pada Rabiul Awal tahun 11 H atau 632 M, muncul seseorang yang bernama Musailamah al-Kazzab. Ia mengaku sebagai nabi baru yang diutus Tuhan. Ujian terhadap akidah dan kesatuan umat Islam pada waktu itu dapat ditumpas dengan tindakan tegas pemerintah yang dipimpin Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq.

Dalam sejarah Islam, penodaan agama dan penyebaran paham menyimpang memperlihatkan fenomena yang menarik untuk dianalisis lebih jauh. Zaman penjajahan, keberadaan aliran agama sempalan yang mengguncang akidah umat Islam dan melemahkan jihad melawan kolonialisme di negeri-negeri Islam, seperti agama Bahai, Ahmadiyah, dan lain-lain, mendapat bantuan dari negara penjajah. Dewasa ini kasus penodaan agama makin marak di dalam masyarakat kita. Yang lama belum selesai teratasi, muncul pula yang baru.

Islam secara tegas menolak kepercayaan yang menganggap sesudah Rasulullah wafat masih ada wahyu yang diturunkan kepada seseorang untuk disampaikan kepada umat manusia. Rasulullah mewasiatkan dua hal kepada umatnya, yakni Kitabullah (Alquran) dan sunah Rasul. Barang siapa berpegang pada keduanya, dia akan selamat dunia dan akhirat.

Setiap Muslim wajib percaya bahwa Rasulullah SAW adalah Nabi dan Rasul terakhir (khataman nabiyyin). Ini merupakan prinsip akidah Islam yang sangat fundamental. Sekadar mengakui ”tiada tuhan selain Allah” belumlah menjadikan seseorang sebagai Muslim. Dalam Islam, kepercayaan kepada Allah tidak dapat dipisahkan dari kepercayaan pada risalah yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW.

Imam al-Qurthubi dalam kitab tafsirnya mengutip hadis Nabi Muhammad, “Namaku dalam Injil ialah Ahmad, sedangkan namaku dalam Alquran ialah Muhammad, sebab aku terpuji di kalangan ahli langit dan bumi.” Imam al-Qurthubi juga menukilkan riwayat Nabi Musa berdoa, “Ya Allah! Masukkanlah aku ke dalam golongan umat Ahmad (Muhammad).”

Nabi Muhammad bersabda, “Aku diutus kepada sekalian makhluk dan dengan kedatanganku, ditutuplah kenabian.” (HR Muslim dan Tirmidzi). Dalam riwayat lain, “Di kalangan umatku akan muncul 30 pendusta. Semuanya mengaku nabi. (Padahal) akulah penutup segala nabi. Tidak ada lagi nabi sesudahku. Dan akan senantiasalah segolongan dari umatku tegak di atas kebenaran. Tidak akan memberi bencana atas mereka siapa pun yang menentang mereka, hingga datanglah ketentuan Allah, dan mereka tetap atas yang demikian.” (HR Abu Dawud).

Untuk menjaga eksistensi Islam sebagai agama dunia tidak diperlukan Nabi baru sesudah Muhammad, baik yang membawa syariat ataupun yang tidak membawa syariat baru. Jika ditelusuri aliran-aliran sempalan dan menyimpang itu sebagian besar berpangkal pada Inkarus Sunnah, yakni kelompok yang mengingkari dan menolak sunah Nabi Muhammad SAW. Keberadaan mereka dapat dikenal di dalam berbagai versi paham dan gerakannya.

Adalah tugas dan tanggung jawab umara (pemerintah) dan ulama untuk melindungi hak asasi kehidupan beragama dan memelihara ketenteraman masyarakat dari bahaya yang ditimbulkan oleh paham dan aliran keagamaan menyimpang yang berulang kali muncul sepanjang sejarah umat Islam dari dulu sampai sekarang.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Kesaksian Palsu: Menghalangi Keadilan, Menutup Kebenaran


Salah satu masalah besar dalam dunia peradilan adalah kesaksian palsu. Praktik tersebut sangatlah dicela, sebab bisa menghalangi keadilan dan menutup pintu kebenaran.

Kesaksian palsu juga dinilai dapat mengakibatkan berbagai bentuk kerusakan di muka bumi. Banyak orang akan kehilangan hak-haknya, serta penganiayaan pada mereka yang tidak berdosa.

Maka itu, undang-undang memberikan ancaman hukum bagi seseorang yang bersaksi palsu. Ini sekaligus membuktikan betapa seriusnya dampak yang ditimbulkan akibat kebohongan tadi.

Dalam ranah keagamaan, larangan bersaksi palsu telah pula ditetapkan. Alquran memberikan penekanan dalam surah al-Hajj ayat 30, ''..dan jauhilah perkataan-perkataan dusta.''

Islam melaknat praktik tersebut. Bersaksi palsu, menurut Dr Muhammad Ali Hasyimi, merupakan sebuah perbuatan tercela yang akan merugikan orang lain, bahkan dirinya sendiri.

''Kesaksian palsu tidak memberikan keuntungan bagi seorang Muslim, justru dapat membahayakan kredibilitas dan kehormatannya,'' paparnya dalam buku berjudul Hidup Saleh dengan Nilai-nilai Islam.

Oleh karenanya, bagi umat yang beriman, Allah memerintahkan mereka untuk menjauhi orang yang berkata dusta. Surah al-Furqan ayat 72 menjelaskan, langkah ini terutama untuk menjaga kehormatan dan kemuliaan dirinya.

Bersaksi palsu tak lepas dari perhatian Rasulullah SAW. Beliau mengelompokkannya sebagai salah satu dari tiga dosa besar, setara dengan dua dosa yang sangat serius, yakni menyekutukan Allah dan durhaka kepada orangtua.

Rasulullah bahkan tak hentinya mengingatkan umat agar menjauhi perbuatan ini. ''Beliau terus mengulangi hal ini sehingga kami berharap bahwa beliau berhenti (yakni tidak mengurangi semangat beliau.'' (Muttafaq'alaih)

Berulang-ulangnya peringatan Nabi SAW tadi, ditengarai oleh Syaikh Muhammad bin Sholeh Al-Munajjid pada kitab //Muharramat Istahana Bihan Naas//, lantaran banyak orang yang kerap meremehkannya.

Termasuk menganggap enteng masalah ini adalah apa yang dilakukan oleh sebagian orang di pengadilan dengan mengatakan kepada seseorang yang ia temui, ''Jadilah saksi untukku, nanti aku akan menjadi saksi untukmu.''

Kesaksian palsu, didefinisikan Syekh Muhammad bin Shaleh Al-Utsaimin sebagai seseorang bersaksi terhadap sesuatu yang dia tidak mengetahui atau mengetahui yang sebaliknya. Banyak faktor penyebabnya, semisal karena permusuhan, dengki, dan sebagainya.

Tanggung jawab

Inilah kedustaan yang nyata. Seharusnya, sambung dia, semua bentuk kesaksian itu berpegang pada firman Allah, ''Dan kami hanya menyaksikan apa yang kami ketahui.'' (QS Yusuf [12] : 81)

Saleh al-Fauzan dalam buku Fikih Sehari-hari, mendukung pernyataan tersebut. Dia berpendapat, seorang saksi haruslah menjelaskan apa yang telah ia saksikan dan ketahui.

Lebih jauh dikatakan, pentingnya memberikan keterangan secara benar karena Islam menetapkan hukum fardhu kifayah terhadap seseorang sebagai saksi. ''Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberikan keterangan) apabila mereka dipanggil.'' (QS al Baqarah [2] : 282).

Ibnu Abbas dalam menafsirkan ayat ini menyatakan, ini merupakan perintah untuk menunaikan persaksian dan menyampaikannya kepada hakim. Sebab, hal itu sangat dibutuhkan untuk menegakkan kebenaran dan hak.

''Sebuah persaksian ibarat akad atau perjanjian, dan ini hukumnya wajib, sebagaimana amar ma'ruf nahi munkar,'' urainya.

Pendapat itu diperkuat oleh Imam Ibnul Qayyim, dengan menambahkan bahwa jika seorang saksi menyembunyikan persaksiannya untuk menegakkan kebenaran, maka ia bertanggung jawab atas hal itu.

Meski demikian, bersaksi hanya diwajibkan jika hal itu tidak menimbulkan bahaya baginya. Rasulullah bersabda, ''Tidak boleh merugikan diri sendiri dan tidak boleh merugikan orang lain.''

Untuk mengeliminir timbulnya kesaksian palsu, para ulama telah menetapkan syarat-syarat yang harus dipenuhi seorang saksi. Di antaranya berakal sehat, beragama Islam, dapat menghafal atau mengingat kejadian dengan baik, serta memiliki sifat adil.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Rumah Yang Penuh Berkah


Rumah merupakan bagian tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Di sanalah seseorang mendapatkan tempat berlindung dari cuaca panas dan dingin, atau tempat kembali setiap kali bepergian. Di rumah pula, segenap anggota keluarga dapat melakukan berbagai aktivitas.

Selain itu, rumah juga berfungsi sebagai tempat pembinaan. Rumah adalah lokasi terbaik dalam menyemai benih-benih kebaikan serta keimanan dari sebuah keluarga. Sehingga, tidak berlebihan jika setiap orang mendambakan rumah yang nyaman, sejuk, agar mendukung terciptanya keluarga sakinah.

Tidaklah cukup hanya sekadar membangun fisik rumah secara mewah serta mentereng. Namun yang terpenting adalah membangun suasana kondusif dengan dinaungi nilai-nilai Islami dan pada akhirnya sanggup menenteramkan batin penghuninya.

Rasulullah SAW banyak memberikan tuntunan kepada umat yang ingin menjadikan tempat tinggal mereka penuh harmoni dan keberkahan. Syekh Shaleh Ahmad asy-Syaami dalam Berakhlak dan Beradab Mulia, mengatakan, umat perlu meniru rumah Rasulullah SAW.

Nabi SAW memberikan panduan agar jangan berlebihan dalam membangun tempat tinggal. Melainkan, rumah seorang Muslim adalah yang cukup untuk sekadar mampu menutupi dari pandangan orang lain dan melindunginya dari bahaya hewan buas.

Paling tidak, pedoman sebuah rumah yang baik adalah yang bisa memberikan rasa nyaman serta asri. ‘’Dengan begitu, penghuninya akan merasa nyaman, juga merasa terlindungi,’’ papar Syekh asy-Syaami.

Sikap dan tindak tanduk penghuni rumah turut memberikan kontribusi bagi terciptanya suasana tenteram. Nabi SAW menekankan, agar setiap Muslim memperhatikan adab ketika hendak masuk rumah.

‘’Jika kamu hendak masuk rumah, maka sebaiknya kamu ucapkan salam, karena hal itu akan membawa keberkahan bagi kamu dan keluargamu.’’ (HR Tirmidzi)

Ada beberapa hal lain yang patut mendapat perhatian. Rasulullah mencontohkan, saat masuk rumah, jangan secara tiba-tiba, tanpa sepengetahuan keluarga yang ada di dalam, agar mereka tidak kaget. Itulah tujuannya seseorang mengucapkan salam lebih dulu.

Beliau juga berdoa saat pulang ke rumah. ‘’Segala puji hanya milik Allah SWT semata, Zat yang telah memberiku kecukupan dan tempat berlindung, yang telah memberiku makan dan minum, yang telah memberiku karunia dan melebijkannya. Ya Allah, aku meminta kepada-Mu selamatkanlah aku dari api neraka.’’

Dan ketika sudah masuk dalam rumah, beliau biasanya membuka pembicaraan dengan mengajukan pertanyaan. ‘’Nabi menanyakan bagaimana keadaan mereka (anggota keluarga yang lain),’’ tutur Syekh asy-Syaami.

Hendaknya, segala aktivitas yang dilakukan di rumah, tidak terlepas dari niat untuk meraih ridha Allah SWT. Dalam sebuah hadis riwayat Imam Muslim, Rasulullah menekankan, ketika masuk rumah dan sebelum makan di rumah, seseorang sebaiknya menyebut asma Allah.

Maka setan pun berkata, ‘’Tidak ada tempat bermalam dan tidak ada makan malam bagi kalian.’’ Akan tetapi, jika tidak menyebut asma Allah, setan berkata, ‘’Malam ini kalian mendapatkan tempat bermalam dan hidangan makan malam.’’

Dianjurkan pula kepada penghuni rumah untuk senantiasa melingkupi suasana rumah dengan bacaan Alquran. Sabda Nabi SAW, ‘’Jangan jadikan rumah kalian seperti kuburan. Sungguh, rumah yang di dalamnya selalu dibacakan ayat-ayat Alquran, tidak dimasuki setan.’’ (HR Tirmidzi)

Rasulullah juga menjaga keharuman di dalam rumah beliau. Ini mengingat beliau sangat menyukai wewangian. Oleh sebab itu, di dalam rumah sebaiknya penghuni benar-benar menjadi kebersihan, khususnya kamar mandi untuk menghindari munculnya bau yang kurang sedap.

Dari pandangan Syekh Yusuf al Qardhawi, setidaknya terdapat empat elemen terwujudnya rumah yang Islami. Pertama, luas dan bersih, kedua, menghias rumah secara halal dan tidak berlebihan, ketiga, tidak memajang patung di rumah. ‘’Serta keempat, tidak memelihara anjing,’’ ungkap ulama terkemuka itu.

Apabila keluarga itu berkelebihan, dianjurkan untuk memelihara anak yatim, sesuai sabda Rasulullah. ‘’Sebaik-baik rumah kaum Muslimin ialah rumah yang terdapat di dalamnya anak yatim yang diperlakukan (diasuh) dengan baik, dan seburuk-buruk rumah kaum Muslimin ialah rumah yang di dalamnya terdapat anak yatim tapi anak itu diperlakukan dengan buruk.’’ (HR Ibnu Majah).

Sumber

Baca Selengkapnya......

Selasa, 17 Januari 2012

Yakin Agama Bukan Materi, Paul Martin Bersyahadat di Toko Es Krim


Lelaki Inggris itu masih seorang mahasiswa ketika ia memutuskan beralih memeluk Islam empat tahun lalu. Tempatnya bersyahadat pun tak biasa yakni di toko es krim di kota Manchester.

Paul Martin, 27 tahun, bosan menyaksikan gaya hidup hedonis dari banyak teman-temannya di universitas. Alih-alih ia tertarik dengan aktivitas mencari ilmu dan pengetahuan, kegiatan yang ia sebut titik utama Islam.

Perjumpaannya dengan seorang Muslim yang lebih tua lantas mengubah hidupnya.

"Saya suka cara para pelajar Muslim membawakan diri mereka. Sangat indah untuk berpikir bahwa ada orang yang hanya memiliki satu pasangan dan bersetia selama hidupnya dan tidak melakukan perbuatan yang bisa menyakiti tubuh," ungkapnya.

Paul mengaku lebih menyukai gaya hidup Islami dan ia pun mencoba mengkaji Alquran. "Saya kagum melihat keutaman dalam Islam ternyata pada ilmu," ungkapnya lagi.

Seorang teman Muslimnya kemudian mengenalkan Paul dengan seorang dokter Muslim yang beberapa tahun lebih tua. "Kami pergi dan berbincang di kedai kopi. Beberapa pekan kemudian kami mampir ke restoran es krim dan di sanalah saya mengutarakan keinginan menjadi Muslim," tuturnya.

Dalam toko es krim itu pula dituntun si dokter dan disaksikan dua temannya, Paul mengucapkan syahadat. "Saya tahu beberapa orang ingin melakukan dengan formal di dalam masjid, tapi saya berpikir agama bukanlah materi, melainkan apa yang ada dalam hatimu," ungkapnya.

Paul mengaku tak pernah ke masjid sebelum menjadi Muslim. Pasalnya, kadang ia merasa terintimidasi. 'Maksudnya, saya selalu berpikir tidak masuk kriteria seorang Muslim. Namun tak ada yang tak mungkin, anda bisa menjadi Muslim Inggris dan tetap mengenakan celana jins, kaos, kemeja, juga jaket," ungkapnya. Kini, imbuhnya, di masjid yang kerap ia sambangi di Leeds, banyak bahasa diucapkan dan juga banyak jamaah mualaf dari berbagai kebangsaan.

Saat memeluk Islam, Paul mengakui tak serta merta memberi tahu keluarnganya. "Saya tak bisa sekedar pulang lalu berkata saya sudah jadi Muslim. Ada proses bertahap," tuturnya.

Ia pun mengalami proses panjang sebelum beralih menjadi Muslim ketika ia mulai tak menyantap babi dan tidak menenggak alkohol lagi. "Tapi kami masih menggelar makan malam bersama di Hari Ahad, namun hanya menyediakan kambing, itu pun halal." tutur Paul.

"Terus terang jika dulu ada seorang teman di kampus berkata, 'Kamu akan menjadi Muslim,' saat itu saya tidak akan mempercayainya meski berjuta tahun lamanya. Itu lompatan tak terbayangkan dan berlebihan," ujarnya. "Namun kini, siapa yang bisa menduga dan saya baru saja kembali dari menunaikan ibadah Haji."

Sumber

Baca Selengkapnya......

Pertama ke Masjid, Khadijah Roebuck Kendarai Mobil Sport dengan Musik Bising


Wanita ini terlahir 48 tahun lalu dengan nama Tracey Roebuck dalam keluarga Kristen taat. Ia menikah selama duapuluh lima tahun dan rajin mengunjungi gereja bersama anak-anaknya setiap pekan ketika mereka tinggal di rumah.

Kini ia sudah bercerai. Dalam enam bulan terakhir ia telah menjadi Muslim. Namun ia kadang ia masih tak yakin apa yang memotivasinya untuk membuat perubahan besar dalam hidup meski ia yakin dengan agama yang dipeluknya sekarang.

"Saya tahu bakal terdengar aneh, namun satu hari saya adalah Tracey yang masih Krisen dan pada hari berikut saya adalah Khadijah seorang Muslim dan semuanya terlihat benar," tuturnya.

Sebelum menjadi Muslim, yang Khadijah pahami soal Islam hanyalah tak menenggak alkohl dan tak menyantap babi. "Saya masih ingat pertama kali berkendara ke masjid. Saat itu lucu. Saya mengendarai mobil sport dengan musik keras-keras" kenangnya.

Khadijah tak yakin bakal dibolehkan masuk namun ia nekat. "Saya bertanya siapa yang bertanggung jawab di sini. Saat itu saya tak tahu bahwa ia adalah imam. Kini siapa menyangka saya mengenakan jilbab dan shalat lima kali dalam sehari," ujarnya.

Saat memeluk Islam, putranya adalah orang yang pertama kali kaget bercampur ngeri. "Ia sulit mempercayai. Yang paling sulit adalah ibu saya mengingat ia adalah pemeluk Katholik Roma taat," tutur Khadijah. Ibunya tidak bisa menerima sama sekali perubahan putrinya.

"Tapi yang terutama yang saya rasakan saat memeluk Islam adalah perasaan damai yang tak bisa saya temukan di Masjid, itu sangat menarik," ungkapnya. Perasaan itu, imbuh Khadijah, kian kental dan menguat saat Ramadhan tiba. "Saya sungguh mencintai setiap detiknya hingga hari terakhir Ramadhan, saya bahkan menangis," tuturnya.

Saat menjadi Muslim ia menyadari bahwa banyak orang di luar agama tersebut bingung membedakan antara Islam dan budaya. Khadijah mulai memahami bahwa Muslim membawa budaya mereka yang berbeda ke masjid begitu pula adat dan intepretasi berbeda. "Ada muslim Saudi, Mesir, Pakistan dan tentu saja ada saya di sana," ungkapnya.

Khadijah tak ingin terjebak dalam satu budaya. Ia selalu mencoba berbaur dan berteman dengan siapa pun. "Saya bisa dimana saja karena itu banyak saudara sesama Muslim berkata, "Itulah mengapa kami mencintaimu Khadijah, kamu menjadi dirimu sendiri."

Sumber

Baca Selengkapnya......

Memperbanyak Sujud


Dikisahkan oleh Rabiah bin Ka’ab al-Aslami, bahwa pada suatu malam ia pernah menyediakan seember air wudhu dan keperluan-keperluan lain yang dibutuhkan Rasulullah SAW. Melihat kebaikan yang dilakukan oleh Rabiah, Rasulullah berkata kepadanya, “Mintalah sesuatu dariku, wahai Rabiah.”

Rabiah pun menyebutkan permintaannya. “Wahai Rasulullah, aku minta agar Allah menjadikanku sebagai pendampingmu di surga kelak.” Rasulullah bertanya lagi, “Apakah tak ada permintaan selain itu?”

“Tidak ada, wahai Baginda Nabi. Hanya itu yang ingin aku minta darimu,” jawab Rabiah. “Jika demikian, maka jagalah dirimu untuk memperbanyak sujud.” (HR Muslim).

Sujud pada hakikatnya bukanlah sekadar gerakan dan ritual yang ada dalam shalat. Lebih dari itu, sujud adalah salah satu bentuk kepasrahan secara total dengan merendahkan diri serendah-rendahnya di hadapan keagungan Allah yang Mahakuasa. Sujud merupakan bentuk pengharapan rida dan cinta dari Zat Yang Maha Melihat, serta bentuk syukur atas beragam nikmat Allah, dan kecemasan dari azab Allah yang Mahadahsyat.

Sujud ialah bukti keimanan seorang Mukmin. “Sesungguhnya orang yang benar-benar beriman kepada ayat-ayat Kami adalah mereka yang apabila diperingatkan dengan ayat-ayat itu, mereka segera bersujud seraya bertasbih memuji Rabbnya dan mereka tidak menyombongkan diri.” (QS al-Sajdah [32]: 15).

Selain itu, sujud juga merupakan bukti nikmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya. “Mereka itu adalah orang-orang yang telah diberi nikmat oleh Allah, yaitu para nabi dari keturunan Adam, dari orang-orang yang Kami angkat bersama Nuh, dari keturunan Ibrahim dan Israil (Ya’qub), dan dari orang-orang yang telah Kami beri petunjuk dan telah Kami pilih. Apabila dibacakan ayat-ayat Allah Yang Maha Pemurah kepada mereka, maka mereka menyungkur dengan bersujud dan menangis.” (QS Maryam [19]: 58).

Sujud juga momen paling intim antara seorang hamba dengan Tuhannya. “Sesungguhnya saat yang paling dekat antara seorang hamba dengan Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud.” (HR Muslim). Karena sujudlah, seorang manusia mendapat predikat Ibadurrahman, hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang, dan dijamin masuk surga. “Dan Ibadurrahman (hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang) ialah orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati, dan apabila orang-orang jahil menyapa, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. Dan, mereka adalah orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.” (QS al-Furqan [25]: 63-64).

Dengan sujud pula Allah mengangkat derajat para sahabat Rasul dan menjadikan mereka sebagai golongan paling mulia dalam sejarah umat manusia. “Muhammad itu adalah utusan Allah. Dan, orang-orang yang bersamanya bersikap keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang dengan sesama mereka. Kamu melihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridaan-Nya. Tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud.” (QS al-Fath [48]: 39). Wallahu a’lam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Jumat, 13 Januari 2012

Mengapa Manusia Jadi Khalifah Di Bumi ?


Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah 2 : 30)

Tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini, selain tugas utamanya, yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, manusia Allah turunkan ke bumi dengan segala fasilitasnya yang telah Allah sediakan dan tentunya bukan untuk dipergunakan begitu saja, melainkan untuk dijaga, dilestarikan, dimanfaatkan keberadaannya.

@@@ Manusia Sebagai Khalifah Di Bumi - Pemimpin Dirinya Sendiri @@@

Manusia sebagai khlaifah di bumi artinya setiap manusia adalah khalifah, pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum menjadi pemimpin saudaranya yang lain.

Sudahkah kita menjadi pemimpin diri kita sendiri ??? Dengan belajar mengontrol apa yang ada dipikiran kita, hati kita, tingkah laku dan sikap kita bagaimana seharusnya yang baik untuk ditampilkan, tanpa kita
sadari bahwa kita sedang memimpin diri kita sendiri.

Kita hidup di dunia akan selau dihadapkan pada dua pilihan, yaitu akan selalu berujung dengan baik atau buruk. Apakah itu bersangkutan dengan diri kita sendiri, alam ini, atau hubungan kita dengan saudara-saudara kita yang lainnya. Itulah kelebihan kita lainnya sebagai manusia, yaitu diberi-Nya pilihan.

Dengan akal manusia memiliki kebebasan berfikir dan kemampuan memilih yang menjadi dasar adanya pertanggungjawaban atas pilihannya.

@@@ Tugas Manusia Sebagai Khalifah Di Bumi @@@

Lalu, apa tugas kita manusia sebagai khalifah di bumi ??? Selain tugas manusia sebagai khalifah di bumi yang utama, yaitu beribadah kepada Sang Maha Pencipta, tugas yang lainnya manusia sebagai khalifah di bumi ini adalah menjaga alam dan isinya.

Manusia dilengkapi hidup dan kehidupannya denga akal dan kalbu. Dengan akal manusia bisa berpikir, mengembangkan alat dan teknologi untuk mempermudah hidup dan kehidupannya yang melahirkan sains dan teknologi.

Dengan kalbu manusia bisa mengembangkan hidupnya dengan tenggang rasa, solidaritas, cinta, kasih sayang, berbagi dan peduli dengan sesamanya yang melahirkan kolektivitas dan kebersamaan. Dengan kalbu, manusia dapat mengembangkan hidupnya dengan nilai keruhaniaan (spiritualitas) yang menyebabkannya dapat merasakan adanya kekuatan di luar dirinya (kekuatan supernatural). Singkatnya, akal dan kalbu melahirkan peradaban manusia yang komprehensif meliputi aspek intelektual, emosi, spiritual, ekonomi, dan sosial)

Manusia sebagai khalifah memiliki kedudukan sebagai "wakil Allah" yang bertugas untuk mengelola alam raya sebaik mungkin sesuai keinginan Allah sebagai pemberi amanah. Manusia dituntut untuk menciptakan harmoni, baik dengan Allah sebagai pemberi amanah, dengan alam sekitar sebagai objek yang diamanahkan, dan sesama manusia sebagai partner dalam menjalankan amanah tersebut.

Allah menciptakan manusia untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Arti dari manusia sebagai khlaifah adalah manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi penguasa dan mengatur semua yang ada di bumi, mulai tumbuhan, hewan, sungai, air, hutan, laut, dan lain-lain. Alam yang telah memberi kita bahan untuk hidup, yang telah membuat kita merasa nyaman berada di bumi, harus kita jaga keberadaannya. Yaitu dengan menggunakan apa yang ada di alam secukupnya tanpa harus berlebihan.

Peran pertama manusia sebagai khalifah adalah al'imarah (memakmurkan bumi) dan peran kedua manusia sebagai khalifah adalah arri'ayah (menjaga bumi dari upaya perusakan yang datang dari semua pihak)

Manusia sebagai khalifah harus dapat memanfaatkan semua yang ada di muka bumi ini demi kemaslahatannya.

Tugas lain manusia sebagai khalifah di bumi adalah saling menyayangi dan menolong sesama saudaranya, sesama umat manusia. Allah menciptakan kita beragam bukan untuk saling menjatuhkan, atau saling bermusuhan melainkan untuk saling mengenal. Supaya kita bisa belajar antara satu sama lainnya. Karena itu jangan jadikan perbedaan yang ada sebagai alasan perpecahan.

Kita hidup di dunia ini butuh orang lain, antara satu sama lainnya saling ketergantungan. Tanamkan rasa toleransi, sayang menyayangi, dan senantiasa saling tolong menolong, serta selalu mengingatkan dalam kebaikan.

Selain itu, tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah memelihara bumi, termasuk di dalamnya memelihara akidah dan akhlak manusia yang berperan sebagai Sumber Daya Manusia, serta mencegah perbuatan jahiliyah (merusak dan menghancurkan alam).

Manusia yang mampu menjalankan hal-hal yang telah disebutkan tersebut, menandakan sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi sudah sungguh-sungguh dilaksanakan dengan baik oleh manusia itu, khususnya manusia yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.

***

Dalam kerangka kehambaan dan kekhalifahan di atas, penciptaan potensi manusia, kebebasan dan pilihan bebas yang dimiliki manusia menjadi bermakna. Kehadiran Rasul dengan kitab suci dan misinya menjadi jelas manfaat dan kegunaannya. Masalahnya, terpulang kepada kesadaran manusia, akan diarahkan kemana hidup yang singkat ini ???

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam. Amiin.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Hati - Hati Terhadap Perbuatan Dzolim Kepada Sesama


Mendzolimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain atau aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.

Dzolim secara istilah mengandung pengertian "berbuat aniaya atau celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syari'at Agama Islam"

Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengingatkan dalam Al-Qur'an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Az-Zalzalah : 7-8, yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya juga"

Lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kedzoliman yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan dzolim yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan mendatangi orang yang telah mendzoliminya, entah itu didunia ini atau diakhirat kelak.

***

Berikut beberapa ayat-ayat Al-Qur'an tentang larangan dan akibat dari perbuatan DZOLIM, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya :

01. "Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang sholih, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan ALLAH TIDAK MENYUKAI orang-orang yang DZOLIM" (QS. Ali Imran 3 : 57)

02. "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya ALLAH TIDAK MENYUKAI orang-orang yang DZOLIM" (QS. Asy-Syuura 42 : 40)

03. "Mereka mempunyai TIKAR TIDUR dari API NERAKA dan di atas mereka ada SELIMUT (API NERAKA). Demikianlah Kami memberi BALASAN kepada orang-orang yang DZOLIM" (QS. Al-A'raaf 7 : 41)

04. "Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? Mereka (penduduk neraka) menjawab, Betul. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu, KUTUKAN ALLAH ditimpakan kepada orang-orang yang DZOLIM" (QS. Al-A'raaf 7 : 44)

05. "Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami mem-BINASA-kan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan ke-DZOLIM-an" (QS. Al-Qashash 28 : 59)

06. "Dan sesungguhnya Kami telah mem-BINASA-kan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat ke-DZOLIMan.." (QS. Yunus 10 :13)

07. "Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan RUNTUH disebabkan ke-DZOLIM-an mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu PELAJARAN bagi kaum yang mengetahui" (QS. An-Naml 27 : 52)

08. "Sesungguhnya DOSA BESAR itu atas orang-orang yang berbuat DZOLIM kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat AZAB yang PEDIH" (QS. Asy-Syura : 42)

09. "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang DZOLIM. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang AZAB kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzolim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan), Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan" (QS. Ibrahim : 42-45)

***

Berikut beberapa hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang larangan berbuat DZOLIM, yang artinya :

01. "(Meriwayatkan firman Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,) Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku meng-HARAM-kan ke-DZOLIM-an atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling mendzolimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya" (HR. Muslim dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.)

02. "Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya. Sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, (benar) aku akan menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila ia menganiaya? Rasulullah menjawab, Engkau cegah dia dari (perbuatan) penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya" (HR. Bukhari dari Anas ra.)

03. "Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?. Mereka (sahabat) berkata, Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang. (Lalu) Rasulullah menjawab, Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang men-DZOLIM-i) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terdzolimi. Maka tatkala kebaikan (pahala) orang (yang mendzolimi) itu habis, sedang hutang (kedzolimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan (dosa) dari mereka (yang terdzolimi) untuk di berikan kepadanya (yang mendzolimi), kemudian ia (yang mendzolimi) dilemparkan kedalam neraka" (HR. Muslim No. 4678 dari Abi Hurairah ra., Al-Tirmidzi No. 2342, Ahmad No. 7686, Al-Thabarani No. 561)

04. "Ke-DZOLIM-an itu ada 3 macam : kedzoliman yang tidak diampunkan Allah, kedzoliman yang dapat diampunkan Allah, dan kedzoliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kedzoliman yang tidak diampunkan Allah adalah syirik, (Allah berfirman) "Sesunggahnya syirik itu kedzoliman yang amat besar! Adapun kedzoliman yang dapat diampunkan Allah adalah kedzoliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah, Tuhannya. Dan Kedzoliman yang tidak dibiarkan Allah adalah ke-DZOLIM-an hamba-hambanya di antara sesama mereka, karena PASTI PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIDZOLIMI" (HR. Al-Bazaar dan Ath-Thayaalisy)

05. Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf, selagi kita masih hidup dan untuk memperringan siksa di akhirat nanti. "Barangsiapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf)-nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal sholih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya" (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.)

06. "Takutlah kalian dari berlaku dzolim, sesungguhnya ke-DZOLIM-an adalah KEGELAPAN pada hari KIAMAT kelak" (HR. Muslim No. 4675, Ahmad No. 13973 dari Jabir bin Abdullah)

07. "Takutlah terhadap doa orang yang ter-DZOLIM-i, sesungguhnya tidak ada antara dia dan Allah Ta'ala tabir penghalang" (HR. Bukhari No. 1401, Muslim No. 27, Abu Daud No. 1351, Al-Tirmidzi No. 567, Al-Nasaai No. 2475 dari Ibnu Abbas ra.)

08. "Doa orang yang ter-DZOLIM-i pasti MAKBUL, kendatipun ia seorang yang fajir (pelaku maksiat), karena kefajiran tersebut untuk dirinya sendiri" (HR. Ahmad No. 8440, hadist hasan, dari Abu Hurairah ra.)

09. "Tidaklah seorang hamba diberikan amanah oleh Allah Ta'ala untuk mengurus rakyatnya, kemudian mati dalam keadaan menipu rakyatnya tersebut, melainkan Allah akan mengharamkan baginya surga pada hari kiamat kelak" (HR. Muslim No. 6618 dari Ma'qil Ibnu Yasar)

10. "Siapa yang mengambil hak orang lain walau sejengkal tanah akan dikalungkan hingga tujuh petala bumi" (HR. Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah ra.)

11. "Akan terjadi sepeninggalku sifat monopoli (mementingkan diri sendiri) dan beberapa kemungkaran" Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana pesan tuan kepada kami menghadapi hal itu? Rasulullah bersabda, Tunaikanlah kewajibanmu dan mintalah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu" (HR. Bukhari dan Muslim)

12. Olehnya, hendaklah orang-orang yang berpikir mengambil i'tibar (pelajaran). Tindakan dzolim pada orang lain, pasti akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah yang selalu membela kaum lemah dan tertindas. Dan Dia maha berkuasa atas segala sesuatu. "Sungguh pada hari kiamat kelak akan ditunaikan (dikembalikan) semua hak-hak kepada pemiliknya, hingga kambing yang bertanduk pun akan digiring (pada hari itu) dan diputuskan lantaran pernah menyeruduk kambing yang tak bertanduk, (baru setelah itu mereka dikembalikan menjadi tanah)" (HR. Muslim)

***

Kenapa sesama muslim tidak boleh berbuat DZOLIM ???Berikut beberapa hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang artinya :

01. "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak men-DZOLIM-inya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim Allah akan menutup (aib)-nya di hari kiamat" (HR. Bukhari dan Muslim)

02. "Lima hal termasuk sunah para Rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian" (HR. Tirmidzi) Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi.

03. "‘Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"’ (HR. Bukhari dan Muslim)

04. ‘"Empat HAK bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa diantara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) TIDAK MENYAKITI seorang pun di antara kaum muslim dengan PERBUATAN atau PERKATAAN" (HR. Dailami)

05. "Allah berfirman, Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), Aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka Aku akan menghancurkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)

Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan dzolim yang dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu menjaga diri kita, agar tidak berbuat dzolim terhadap sesama.

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam. Amiin.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Menunaikan Amanah


Riwayat yang dikemukakan oleh Ali bin Abi Thalib ra. menceritakan, pada suatu hari ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sedang duduk-duduk bersama beberapa orang sahabat, datang seseorang yang dilihat dari penampilannya berasal dari kawasan perbukitan. Setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh semua yang hadir, orang itu tanpa basa-basi lagi bertanya, Wahai Rasulullah, terangkan kepada saya, apakah ketetapan agama yang paling ringan dan ketetapan apa pula yang paling berat. Dengan senyum Rasulullah menjawab, Yang paling ringan adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Sedangkan yang paling berat wahai saudaraku, ialah amanah. Tidak beragama dengan benar, orang yang tidak menjaga amanah; tidak diterima dari orang itu sholatnya dan zakatnya" (HR. Al-Bazar)

"Semua majelis itu merupakan amanah kecuali 3 hal. Yaitu majelis penumpahan darah, majelis hubungan badan yang diharamkan dan majelis pelanggaran terhadap harta orang lain" (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar'i, amanah bermakna, menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan.

Sesungguhnya amanah adalah memiliki nilai yang sangat besar di dalam agama Allah. Oleh karena itu ada perintah untuk mewujudkan dan memperhatikannya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya :

"..Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.." (QS. Al-Baqarah 2 : 283)

"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. An-Nisaa' 4 : 58)

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui (akibat pengkhianatan itu)" (QS. Al-Anfaal 8 : 27)

Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)

Barangsiapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan barangsiapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang munafik.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya" (HR. Bukhari dan Muslim)

Islam mendidik para pemeluknya dengan watak yang terbaik, prilaku yang paling bagus, akhlak yang paling mulia dan perangai yang paling luhur.

Islam mengontrol setiap pemeluknya agar senantiasa memiliki jiwa yang mulia, hati yang hidup dan nurani yang tanggap. Sehingga hak-hak bisa dilindungi, amal-amal bisa dijaga dan tanggung jawab bisa dipelihara.

Oleh karena itu agama Islam mendidik umatnya agar senantiasa menjaga amanah. Islam mewajibkan setiap muslim menjadi orang yang bersih dan bisa dipercaya.

Seorang muslim harus selalu menjaga kehormatan diri dan integritasnya, serta menghadirkan dirinya dari kecurangan dan pengkhianatan.

Renungkanlah betapa pentingnya amanah dan betapa berat tanggung jawabnya.

Sesungguhnya amanah di dalam syari'at Allah memiliki makna yang sangat besar dan pengertian yang sangat luas. Ia mencakup beragam makna yang secara global ialah perasaan seorang muslim akan resiko yang dihadapinya dan kesiapannya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam segala urusan yang diserahkan dan dibebankan kepadanya, baik urusan agama maupun dunia.

Serta keyakinannya yang mantap bahwa dirinya akan ditanya tentang hal itu di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.

Sehingga ia pun melaksanakan segala sesuatu yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya, baik menyangkut hak-hak Allah mupun hak-hak sesama manusia.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. Seorang lelaki menjadi pemimpin dalam keluarganya, seorang wanita menjadi pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari)

"Wahai Rasulullah jadikanlah saya sebagai pemimpin, maka Rasulullah menepuk pundaknya sambil berkata, Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah dan kepemimpinan itu adalah amanah, dia di hari kiamat nanti merupakan penyesalan dan kesedihan, kecuali yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan semua kewajiban di dalamnya" (HR. Muslim)

Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam menjaga amanah. Ketahuilah bahwa kita semua memikul amanah di muka bumi. Setiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dan kita semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas amanah tersebut.

Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya : "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya" (QS. Al-Israa' 17 : 36)

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam. Amiin.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Selasa, 10 Januari 2012

Dunia dan Ilusinya


Nilai kehidupan dunia tidak diukur dari melimpahnya harta, tingginya jabatan, ataupun kesenangan duniawi belaka, semua itu bersifat sementara. Karena itu, janganlah menjadikan semua itu sebagai tujuan akhir dari kehidupan dunia.

Alquran menggambarkan kehidupan yang menunjukkan hakikat kehidupan dunia sebenarnya tidak terlena dalam urusan dunia, dan melupakan kehidupan akhirat.

Pertama, al-la’b wa-lahwu (permainan dan senda gurau). Kesenangan dunia hanya sebentar, tidak kekal. Untuk itu, jangan mudah terpedaya olehnya, serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

Sesungguhnya kenikmatan dunia itu hanya sebagai penghilang kepedihan, dan tidak lebih dari permainan dan senda gurau belaka.

Allah SWT berfirman, “Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertaqwa. Maka tidakkah kamu memahaminya?” (QS Al-An’am [6]: 32).

Kedua, al-zinah (perhiasan). Kehidupan dunia berupa wanita, keturunan, harta dari jenis emas dan perak, kuda pilihan, binatang ternak, sawah ladang, dan sejenisnya hanyalah sebuah perhiasan, bukan suatu nilai.

Semuanya adalah sarana, bukan tujuan. llah SWT berfirman, “Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga).” (QS Ali Imran [3]: 14).

Ketiga, al-ghurur (tipuan). Penggambaran dunia dengan al-ghurur, karena dunia dapat menundukkan manusia, membuat mereka condong kepadanya, dan lalai dari apa ang seharusnya dipersiapkan untuk menghadap Allah SWT. Allah SWT berfirman, “Kehidupan dunia itu tidak lain hanyalah kesenangan yang memperdayakan.” (QS Ali Imran [3]: 185).

Keempat, al-aradh (harta benda). Harta benda tidak akan kekal dan tidak akan abadi. Kehidupan dunia datang hanya untuk memberi peringatan akan ketidakabadiannya (QS Annisa’ [4]: 94).

Rasulullah SAW menegaskan, ”Kekayaan sejati bukanlah terletak pada banyaknya harta benda, akan tetapi terletak pada kelapangan hati.” (HR Muslim).

Para penghuni dunia selalu ingin saling berbangga dengan kekayaan, kekuasaan, kekuatan, keturunan, kedudukan, dan sebagainya. Mereka ingin menjadi populer dalam urusan dunia, karena ketidaktahuannya.

Sedangkan bagi mereka yang senantiasa waspada dan mengetahui hakikat kehidupan dunia, akan menjadikannya sebagai jembatan penyeberangan. Dunia bukan tujuan akhir, tetapi sebagai sarana yang dapat mengantarkannya menuju kebahagiaan yang hakiki. Wallahu a’lam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Amalan Pelancar Rezeki


Setiap orang pasti mendambakan rezeki yang halal, baik, berkah, dan melimpah. Tentu, dengan rezeki tersebut seseorang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Dan untuk mendapatkannya, selain dengan bekerja keras secara ikhlas, tuntas dan cerdas, seseorang harus mengetahui amalan-amalan apa saja yang dapat memperlancar turunnya rezeki.

Di antara amalan-amalan tersebut adalah, pertama, memperbanyak istighfar dan bertaubat. “Maka Aku katakan kepada mereka: ‘Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai.” (QS Nuh [71]: 10-12).

Kedua, meningkatkan ketakwaan. “....Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya.” (QS At-Thalaq [65]: 2-3).

Ketiga, gemar menyambung tali silaturrahim. “Barangsiapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaklah ia menyambung tali silaturrahim.” (HR Bukhari dan Muslim).

Keempat, gemar mendermakan harta. “Katakanlah: “Sesungguhnya Tuhanku melapangkan rezeki bagi siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan bagi (siapa yang dikehendaki-Nya)”. Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia-lah pemberi rezeki yang sebaik-baiknya.” (QS Saba’[34]: 39).

Kelima, membiasakan ibadah dengan benar. ”Sesungguhnya Allah berfirman, ”Wahai anak Adam, sibukkanlah untuk beribadah kepada-Ku, niscara akan Aku penuhi dadamu dengan kekayaan dan Aku tutup kefakiranmu. Jika tidak kamu lakukan niscaya akan Aku penuhi pada kedua tanganmu kesibukan dan tidak Aku tutup kefakiranmu.” (HR Ahmad).

Keenam, menunaikan ibadah haji dan umrah. ”Lakukanlah haji dan umrah, karena keduanya akan menghapus kefakiran dan dosa sebagaimana api menghilangkan karat besi, emas, dan perak.” (HR Ahmad).

Ketujuh, hijrah di jalan Allah (fisabilillah). ”Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS An-Nisa’ [4]: 100).

Kedelapan, tawakkal kepada Allah. ”Seandainya kalian mau bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benarnya, pasti Allah akan memberikan rezeki kepadamu sebagaimana burung yang diberi rezeki, pagi-pagi dia dalam keadaan lapar dan kembali dalam keadaan kenyang.” (HR Ahmad dan Tirmidzi).

Kesembilan, mendawamkan shalat Dhuha. “Barangsiapa shalat Dhuha enam rakaat, ia akan dicukupi kebutuhannya hari itu.” (HR Thabrani dan Abu Darda’).

Kesepuluh, menafkahi penuntut ilmu. Anas bin Malik RA berkata, ”Dulu ada dua orang bersaudara pada masa Rasulullah SAW. Salah seorang menuntut ilmu pada majelis Rasulullah SAW, sedangkan yang lainnya bekerja. Lalu saudaranya yang bekerja itu mengadu kepada Rasulullah SAW (lantaran ia memberi nafkah kepada saudaranya itu). Maka Nabi SAW bersabda, ”Mudah-mudahan engkau diberi rezeki dengan sebab dia.” (HR Tirmidzi). Wallahu a’lam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Bekerja, Jangan Meminta !


Pada suatu hari, sahabat Abu Sa`id al-Khudzri tidak memiliki apa pun untuk sarapan pagi. Istrinya meminta al-Khudzri agar datang kepada Rasulullah SAW. Sudah umum diketahui, siapa pun datang dan meminta sesuatu kepada Rasul, beliau pasti memberikannya. Namun, al-Khudzri menolaknya, sampai suatu ketika ia begitu terpaksa, lalu datang ke rumah Nabi. Sesampainya di kediaman Nabi, beliau sedang memberi wejangan (khutbah). "Siapa merasa cukup, Allah mencukupkannya. Siapa memelihara diri (dari minta-minta), Allah pun memeliharanya." Mendengar nasihat Nabi itu, al-Khudzri mengurungkan niatnya dan kembali pulang ke rumahnya. (HR Bukhari, Muslim, dan Ahmad).

Beberapa pelajaran berharga bisa dipetik dari kisah ini. Pertama, al-Khudzri, seperti para sahabat umumnya, memiliki tingkat kepatuhan yang sangat tinggi terhadap seruan Nabi. Mereka tak pernah menawar, tetapi selalu taat dan patuh (sami`na wa atha`na). "Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan, apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah." (QS al-Hasyr [59]: 7).

Kedua, al-Khudzri berusaha menjaga dan memelihara diri dari sikap minta-minta, lantaran hal demikian termasuk perbuatan yang tercela. Seperti diceritakan dalam Alquran, meski mendapat kesulitan, para sahabat pantang meminta-minta (mengemis). (QS al-Baqarah [2]: 273).

Ketiga, jalan untuk mendapatkan rezeki adalah bekerja dan berusaha, bukan minta-minta. Sejak mendengar nasihat Nabi SAW, al-Khudzri tak pernah lagi berpikir minta-minta, tetapi bekerja dan berusaha. Seperti diakui al-Khudzri dalam kisah ini, bahwa dengan usaha dan kerja keras, ia dapat memenuhi semua kebutuhan hidupnya, bahkan ia tergolong orang yang paling kaya di kalangaan sahabat Anshar.

Kerja menjadi penting karena ia merupakan indikator keberadaan manusia. Tanpa kerja, manusia sama dengan tidak ada (wujuduhu ka `adamihi). Kerja juga penting, karena ia menjadi satu-satunya jalan agar manusia bisa mengaktualisasikan bakat-bakat dan kemampuan yang dimilikinya.

Seterusnya, kerja penting karena hanya dengan bekerja manusia dapat membebaskan diri dari ketergantungan secara ekonomi dengan pihak-pihak lain. Lebih lanjut, kerja menjadi lebih penting lagi, karena dengan bekerja manusia bisa memperbanyak investasi kebaikan untuk kebahagiaannya sendiri di dunia dan akhirat. (QS al-Kahfi [18]: 110).

Belajar dari pengalaman al-Khudzri ini, kita sesungguhnya tak boleh membantu orang-orang miskin hanya dengan membagi-bagikan uang semata. Cara ini selain tidak mendidik, juga tidak produktif, karena menciptakan ketergantungan abadi. Yang terbaik adalah membantu mereka agar mereka bisa membantu diri sendiri, dengan filosofi Help people for the help himself. Caranya, mereka dibantu agar mengenali potensi-potensi mereka dan mengaktualisakannya sebaik mungkin, sehingga mereka bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup mereka secara mandiri, baik material maupun spiritual. Inilah sesunggunya etos dan pesan moral yang disampaikan Nabi SAW kepada al-Khudzri, yaitu kerja dan bukan minta-mita. Wallahu alam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Minggu, 08 Januari 2012

Rumah, Membongkar Rahasia Lelaki


'Aisyah Radhiyallahu 'anha meriwayatkan, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, yang artinya : "Sebaik-baik kalian adalah orang yang paling baik bagi keluarganya. Dan aku orang yang paling baik bagi keluargaku"

(HR. At Tirmidzi No. 3895 dan Ibnu Majah No. 1977 dari sahabat Ibnu 'Abbas. Dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam Ash Shahihah No. 285)

Hadits di atas, hadits yang sangat mulia. Sebuah hadits yang menunjukkan agar manusia bersikap mulia dan berlaku jujur.

Begitu pula bagi seorang suami khususnya, karena ia sebagai PEMIMPIN dan bertanggung jawab kepada keluarga. Maka menjadi keharusan, agar kita mencerna tingkat urgensinya.

= ISTRI HARUS DI-KASIHI, BUKAN DI-PECUNDANGI =

Allah Subhanahu Wa Ta'ala menciptakan wanita sebagai makhluk yang lemah. Di sisi lain, seorang lelaki ditakdirkan untuk memimpin wanita dengan kelebihan yang dikaruniakan Allah baginya.

Sifatnya yang dominan, ingin mengatur, berkuasa akan tampak saat berinteraksi dengan anggota keluarga, khususnya sang istri; wanita asing yang masuk dalam kehidupan barunya. Tindak-tanduk si istri akan menguji kesabarannya.

Lelaki yang buruk perangainya, akan terdorong berbuat aniaya kepada kaum yang lemah (istrinya). Kekerasan rumah tangga yang timbul dari suami terhadap istrinya, menunjukkan bahwa sang suami termasuk prototype orang yang lemah juga.

Berbeda jika seorang suami termasuk sosok yang berkepribadian kuat, tegar lagi kokoh, maka hatinya tidak akan keras. Dia tidak tega berbuat aniaya terhadap kaum yang lemah. Barangsiapa mampu menguasai diri saat berhadapan dengan mereka, yaitu para wanita, sungguh kebaikan telah muncul pada dirinya.

Al-Mubarakfuri saat menerangkan hadits tersebut dalam kitab Tuhfatul Ahwadzi (4/274) mengatakan : "Mereka (para wanita) adalah orang yang harus dirahmati (dikasihi) lantaran kelemahan fisik mereka"

(Diringkas dari kitab Al-Mau'izhatul Hasanah fi Akhlaqil Hasanah, hlm 74-82, karya Syaikh Abdul Malik Ramadhani hafizhahullah Cet. II Th. 1426 H)

***

Asy-Syaukani menjelaskan makna hadits tersebut dengan menyatakan : "Dalam hadits ini tersimpan catatan penting. Bahwa orang yang paling tinggi derajatnya dalam kebaikan dan paling berhak meraih sifat tersebut ialah, orang-orang yang paling baik perilakunya kepada keluarganya.

Sebab, keluarga, mereka itu merupakan orang-orang yang paling berhak dengan wajah manis dan cara bergaul yang baik, curahan kebaikan, diusahakan mendapatkan manfaat, dilindungi dari bahaya.

Jika ada lelaki yang demikian, niscaya ia berpredikat sebagai manusia yang terbaik. Jika ia bersikap sebaliknya, maka ia berada dalam keburukan.

Banyak orang yang terjerumus dalam keteledoran ini. Anda bisa menyaksikan seorang lelaki, bila ia menjumpai keluarganya, maka menjadi sosok yang akhlaknya buruk, sangat pelit dan sedikit sekali berbuat baik kepada mereka.

Tetapi, apabila bersama orang lain, maka engkau akan dihormati, akhlaknya melunak, jiwanya menjadi dermawan, ringan tangan. Tidak diragukan, laki-laki semacam ini adalah manusia yang terhalang dari taufiq Allah, menyimpang dari jalan yang lurus. Semoga Allah Subhanahu Wa Ta'ala memberikan keselamatan bagi kita dari hal itu" (Nailul Authar (6/360))

***

Sengaja keterangan ulama ini dikutip secara lengkap, sebab merupakan pesan sangat berharga dari beliau bagi para suami dan ayah, yang banyak lalai dari budi pekerti luhur dalam bergaul dengan keluarga.

Anda bisa saksikan, berapa banyak lelaki sangat akrab bersama rekan sejawatnya. Namun tatkala kembali ke rumah, ia berubah menjadi manusia yang bakhil, lagi menakutkan.

Padahal, semestinya, pihak yang paling pantas menerima kebaikan maupun kelembutannya adalah keluarganya.

Pepatah mengatakan, al aqrabin aula bil ma'ruf. Artinya, kaum kerabat paling utama menerima kebaikan.

Jadi, keluarga harus disikapi dengan penuh kasih sayang, kontrol yang baik, sabar terhadap kesalahan dan kekeliruan mereka, serta berusaha mengoreksi kesalahan dengan cara elegan, penuh hikmah, sebagaimana yang ia tunjukkan kepada orang lain di luar rumah.

= KENALILAH LELAKI MELALUI INTERAKSINYA DENGAN KELUARGANYA =

Sebuah kaidah mengatakan, seseorang akan mudah dikenali di rumah daripada di luar rumah. Penjelasannya, ia tidak sulit bersikap pura-pura di luar rumah, memerankan karakter yang berbeda dari karakter aslinya.

Orang yang terbiasa kasar, bisa menampilkan karakter yang simpatik, sabar terhadap kesalahan orang lain di luar rumah. Karena kebersamaannya dengan orang lain di luar rumah sejenak. Bisa cuma setengah jam atau hanya satu jam.

Bersama mereka, orang dapat bersandiwara seperti yang dilakukan para hipokrit dan pegawai-pegawai.

Memperlihatkan budi pekerti yang baik, jauh dari tindakan yang tak bermoral. Berbeda saat di rumah, ia akan susah memerankan dramanya sepanjang waktu. Sebab waktunya lama. Kesabarannya untuk bermuka dua akan terkikis seiring dengan perjalanan detik demi detik, sehingga akan kembali kepada kepribadian aslinya. Disebutkan oleh pepatah, kepura-puraan akan terkalahkan oleh sikap bawaan.

Terkadang, sikap yang berpura-pura bermuka baik dalam waktu yang sementara bisa dilewatinya dengan sukses, seperti perilaku sejumlah lelaki yang kurang bermoral saat akan meminang seorang gadis.

Pihak lelaki memperlihatkan pribadi yang baik untuk menjaga imej, sehingga keburukan perangainya ditutupinya serapat mungkin. Pernikahanlah yang akan membongkarnya.

Sehingga tak mustahil dapat memicu timbulnya perceraian antara pasangan suami istri, karena adanya unsur tipuan dan kamuflase saat proses nazhor (perkenalan) sebelum pernikahan.

Jadi, di rumah, kepribadian seorang suami akan mudah diketahui. Apakah ia seorang pribadi yang lembut atau berperangai kasar ??? Apakah ia dermawan atau pelit ??? Apakah ia tenang atau orang yang mudah kalut ???

Pergaulan di rumah akan memberitahukan secara tepat keaslian karakter lelaki. Maka, kenalilah diri Anda saat berada di dalam rumah. Bagaimanakah kesabaran Anda saat berhadapan dengan anak-anak ??? Bagaimana sikap Anda menghadapi kelemahan istri ??? Bagaimana ketegaran Anda dalam memikul tanggung jawab keluarga ??? Orang yang tidak cakap memimpin rumah tangga, niscaya tidak mampu untuk mengarahkan umat manusia.

= TETANGGA JUGA MENJADI BAROMETER =

Semakna dengan hadits di atas, yaitu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, yang artinya : "Sebaik-baik kawan adalah orang yang paling baik kepada kawannya. Dan sebaik-baik tetangga adalah orang yang paling baik kepada tetangganya" (HR. At-Tirmidzi No. 1944 dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)

Keberadaan tetangga atau para koleganya tidak berbeda dengan anggota keluarga dalam mempengaruhi kepribadian seseorang.

Saking seringnya berinteraksi, mereka bisa mengetahui dan meneropong rahasianya yang tidak diketahui oleh orang yang masih asing terhadap dirinya. Kebaikannya dibuktikan dengan besarnya kesabaran dirinya saat menghabiskan waktu bersama tetangga atau para koleganya.

Oleh karena itu, para tetangga dan kawan tidak akan melontarkan pujian dan sanjungan, kecuali setelah mereka melihat cara pergaulan yang baik dan moral yang luhur pada dirinya.

Maka, kembali kepada sebuah pedoman, seseorang tidak bisa dikenali dengan baik kecuali melalui pergaulan. Rahasia ini hanya berada di tangan keluarga, tetangga dan sahabat dekat.

Ada orang yang sangat pemalu, lembek, cengeng terhadap sebuah gangguan, sehingga ia mengisolasi diri dari masyarakatnya. Orang-orang pun menilainya sebagai pribadi yang pendiam, mulia, mulutnya terjaga dari ghibah.

Tetapi, ternyata penilaian ini bertolak belakang. Karena, realitanya, kepada keluarganya ia bersikap kasar, suka menyakiti anggota keluarga lainnya. Dia tidak mampu menampilkan potret dirinya di masyarakat, lantaran rendah dirinya saat bertemu dengan orang-orang asing.

Dan, ini yang penting, kekerasan pribadi pada diri seseorang, sebenarnya muncul karena kesalahannya sendiri. Dia senang mengurung diri dari pergaulan luar. Orang-orang seperti ini, tidak mungkin dikenali dengan baik, kecuali melalui pengakuan anggota keluarganya.

Maka, hadits di atas merupakan sebuah hadits yang sangat penting. Kendati ringkas lafazhnya, tetapi Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah memberikan pedoman yang jelas untuk mengenal seseorang.

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam.. aamiin Allahumma aamiin..

Baca Selengkapnya......

Surat Dari Anak Yang Diaborsi


Teruntuk Bundaku tersayang..

Dear Bunda..

Bagaimana kabar bunda hari ini ??? Semoga bunda baik-baik saja.. nanda juga di sini baik-baik saja bunda.. Allah sayang banget deh sama nanda..

Allah juga yang menyuruh nanda menulis surat ini untuk bunda, sebagai bukti cinta nanda sama bunda..

Bunda, ingin sekali nanda menyapa perempuan yang telah merelakan rahimnya untuk nanda diami walaupun hanya sesaat..

Bunda, sebenarnya nanda ingin lebih lama tinggal di rahim bunda, ruang yang kata Allah paling kokoh dan paling aman di dunia ini.. tapi rupanya bunda tidak menginginkan kehadiran nanda, jadi sebagai anak yang baik, nanda pun rela menukarkan kehidupan nanda demi kebahagiaan bunda..

Walaupun dulu, waktu bunda meluruhkan nanda, sakit banget bunda.. badan nanda rasanya seperti tercabik-cabik.. dan keluar sebagai gumpalan darah yang menjijikan apalagi hati nanda, nyeri, merasa seperti aib yang tidak dihargai dan tidak diinginkan..

Tapi nanda tidak kecewa kok bunda.. karena dengan begitu, bunda telah mengantarkan nanda untuk bertemu dan dijaga oleh Allah bahkan nanda dirawat dengan penuh kasih sayang di dalam surga-Nya..

Bunda, nanda mau cerita, dulu nanda pernah menangis dan bertanya kepada Allah, mengapa bunda meluruhkan nanda saat nanda masih berupa wujud yang belum sempurna dan membiarkan nanda sendirian di sini ???

Apa bunda tidak sayang sama nanda ??? Bunda tidak ingin mencium nanda ??? Atau jangan-jangan karena nanti nanda rewel dan suka mengompol sembarangan ???

Lalu Allah bilang, bunda kamu malu sayang.. kenapa bunda malu ??? Karena dia takut kamu dilahirkan sebagai anak haram.. anak haram itu apa ya Allah ??? Anak haram itu anak yang dilahirkan tanpa ayah..

Nanda bingung dan bertanya lagi sama Allah, ya Allah, bukannya setiap anak itu pasti punya ayah dan ibu ??? Kecuali nabi Adam dan nabi Isa ??? Allah yang Maha Tahu menjawab bahwa bunda dan ayah memproses nanda bukan dalam ikatan pernikahan yang sah dan Allah ridhoi. Nanda semakin bingung dan akhirnya nanda putuskan untuk diam..

Bunda, nanda malu terus-terusan nanya sama Allah, walaupun Dia selalu menjawab semua pertanyaan nanda tapi nanda mau nanyanya sama bunda aja, pernikahan itu apa sih ??? Kenapa bunda tidak menikah saja dengan ayah ??? Kenapa bunda membuat nanda jadi anak haram dan mengapa bunda mengusir nanda dari rahim bunda dan tidak memberi kesempatan nanda hidup di dunia dan berbakti kepada bunda ??? Maaf ya bunda, nanda bawel banget..

Nanti saja, nanda tanyakan bunda kalau kita ketemu. Oh ya Bunda, suatu hari malaikat pernah mengajak jalan-jalan nanda ke tempat yang katanya bernama neraka. Tempat itu sangat menyeramkan dan sangat jauh berbeda dengan tempat tinggal nanda di surga..

Di situ banyak orang yang dibakar pake api bunda.. minumnya juga pake nanah dan makannya buah-buahan aneh, banyak durinya.. yang paling parah, ada perempuan yang ditusuk dan dibakar kaya sate, serem banget bunda..

Lagi ngeri-ngerinya, tiba-tiba malaikat bilang sama nanda, Nak, kalau bunda dan ayahmu tidak bertaubat kelak di situlah tempatnya.. di situlah orang yang berzina akan tinggal dan disiksa selamanya..

Seketika itu nanda menangis dan berteriak-teriak memohon agar bunda dan ayah jangan dimasukkan ke situ.. nanda sayang bunda.. nanda kangen dan ingin bertemu bunda.. nanda ingin merasakan lembutnya belaian tangan bunda dan nanda ingin kita tinggal bersama di surga.. nanda takut, bunda dan ayah kesakitan seperti orang- orang itu..

Lalu, dengan lembut malaikat berkata.. nak, kata Allah kalau kamu sayang, mau bertemu dan ingin ayah bundamu tinggal di surga bersamamu, tulislah surat untuk mereka.. sampaikan berita baik bahwa kamu tinggal di surga dan ingin mereka ikut, ajaklah mereka bertaubat dan sampaikan juga kabar buruk, bahwa jika mereka tidak bertaubat mereka akan disiksa di neraka seperti orang-orang itu..

Saat mendengar itu, segera saja nanda menulis surat ini untuk bunda, menurut nanda Allah itu baik banget bunda.. Allah akan memaafkan semua kesalahan makhluk-Nya asal mereka mau bertaubat nasuha.. bunda taubat ya ??? Ajak ayah juga, nanti biar kita bisa kumpul bareng di sini.. nanti nanda jemput bunda dan ayah di padang mahsyar... nanda janji mau bawain minuman dan payung buat ayah dan bunda, soalnya kata Allah di sana panas banget bunda.. antriannya juga panjang, semua orang sejak jaman nabi Adam kumpul disitu.. tapi bunda jangan khawatir, Allah janji, kalau bunda dan ayah benar-benar bertaubat dan jadi orang yang baik, pasti nanda bisa ketemu kalian..

Bunda, kasih kesempatan buat nanda ya.. biar nanda bisa merasakan nikmatnya bertemu dan berbakti kepada orang tua, nanda juga mohon banget sama bunda.. jangan sampai adik-adik nanda mengalami nasib yang sama dengan nanda, biarlah nanda saja yang merasakan sakitnya keter-sia-siaan itu..

Tolong ya bunda, kasih adik-adik kesempatan untuk hidup di dunia menemani dan merawat bunda saat bunda tua kelak. Sudah dulu ya bunda.. nanda mau main-main dulu di surga.. nanda tunggu kedatangan ayah dan bunda di sini.. nanda sayang banget sama bunda.. muach !!!

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam.. aamiin Allahumma aamiin..

Sumber

Baca Selengkapnya......

Biaya Nafas Hidup Manusia


Sahabat pernakah kita menanyakan harga Oksigen di apotik?
Jika belum tau +/- Rp.25 Ribu / liter

Sahabat pernakah kita menanyakan harga Nitrogen ke apotik?
Jika belum tau +/- Rp.9950/ liter

Tahukah kita bahwa dalam sehari manusia menghirup 2880 liter Oksigen dan 11.376 liter Nitrogen. Jika dihargai dengan Rupiah maka Oksigen dan Nitrogen yang kita hirup akan mencapai Rp.170 jutaan/hari/manusia

Jika dalam satu hari kita hitung Rp.170 juta. Maka dalam sebulan sekitar Rp.5.1M/orang

Orang yang paling KAYA di dunia ini pun tidak akan sanggup membiayai biaya nafas hidupnya dan Allah SWT memberikan pada kita secara GRATIS!

Masihkah ada yang menghalangi untuk bersyukur, meninggalkan perintah-Nya serta melalaikan kewajiban kita sebagai hamba2Nya?

Sumber

Baca Selengkapnya......

Kamis, 05 Januari 2012

10 Gangguan Syetan Dalam Sholat


1) WAS-WAS SAAT MELAKUKAN TAKBIRATUL IHRAM.
Saat mulai membaca takbiratul ihram "Allahu Akbar", ia ragu apakah takbir yang dilakukannya itu sudah sah atau belum sah. Sehingga ia langsung mengulanginya lagi dengan membaca takbir. Peristiwa itu terus menerus terulang, terkadang sampai imamnya hampir ruku'. Ibnul Qayyim berkata, "Termasuk tipu daya syetan yang banyak menggangu mereka adalah was-was dalam bersuci (berwudhu) dan niat atau saat takbiratul ihram dalam sholat". Was-was itu membuat mereka tersiksa dan tidak nyaman.

2) TIDAK KONSENTRASI SAAT MEMBACA BACAAN SHOLAT.
Sahabat Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam yaitu 'Utsman bin Abil 'Ash datang kepada Rasulullah dan mengadu, "Wahai Rasulullah, sesungguhnya syetan telah hadir dalam sholatku dan membuat bacaanku salah dan rancu. Rasulullah menjawab, Itulah syetan yang disebut dengan Khinzib. Apabila kamu merasakan kehadirannya, maka meludahlah ke kiri tiga kali dan berlindunglah kepada Allah. Akupun melakukan hal itu dan Allah menghilangkan gangguan itu dariku" (HR. Muslim)

3) LUPA JUMLAH RAKAAT YANG TELAH DIKERJAKAN.
Abu Hurairah ra. berkata, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, "Jika salah seorang dari kalian sholat, syetan akan datang kepadanya untuk menggodanya sampai ia tidak tahu berapa rakaat yang ia telah kerjakan. Apabila salah seorang dari kalian mengalami hal itu, hendaklah ia sujud dua kali (sujud sahwi) saat ia masih duduk dan sebelum salam, setelah itu baru mengucapkan salam" (HR. Bukhari dan Muslim)

4) HADIRNYA PIKIRAN YANG MEMALINGKAN KONSENTRASI.
Abu Hurairah ra. berkata, sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda, "Apabila dikumandangkan adzan sholat, syetan akan berlari seraya terkentut-kentut sampai ia tidak mendengar suara adzan tersebut. Apabila muadzin telah selesai adzan, ia kembali lagi. Dan jika iqamat dikumandangkan ia berlari. Apabila telah selesai iqamat, dia kembali lagi. Ia akan selalu bersama orang yang sholat seraya berkata kepadanya, ingatlah apa yang tadinya tidak kamu ingat! Sehingga orang tersebut tidak tahu berapa rakaat ia sholat" (HR. Bukhari)

5) TERGESA-GESA UNTUK MENYELESAIKAN SHOLAT.
Ibnul Qayyim berkata, "Sesungguhnya ketergesa-gesaan itu datangnya dari syetan, karena tergesa-gesa adalah sifat gegabah, asal dan sembrono yang menghalang-halangi seseorang untuk berprilaku hati-hati, tenang dan santun serta meletakkan sesuatu pada tempatnya. Tergesa-gesa muncul karena dua perilaku buruk, yaitu sembrono dan buru-buru sebelum waktunya" Tentu saja bila sholat dalam kondisi tergesa-gesa, maka cara pelaksanaannya asal. Asal mengerjakan, asal selesai dan asal jadi. Tidak ada ketenangan atau thu-ma'ninah. Pada zaman Rasulullah ada orang sholat dengan tergesa-gesa. Akhirnya Rasulullah memerintahkannya untuk mengulanginya lagi karena sholat yang telah ia kerjakan belum sah. Rasulullah bersabda kepadanya, Apabila kamu sholat, bertakbirlah (takbiratul ihram). Lalu bacalah dari Al-Qur'an yang mudah bagimu, lalu ruku’lah sampai kamu benar-benar ruku' (thuma'ninah), lalu bangkitlah dari ruku' sampai kamu tegak berdiri, kemudian sujudlah sampai kamu benar-benar sujud (thuma'ninah) dan lakukanlah hal itu dalam setiap rakaat sholatmu" (HR. Bukhari dan Muslim)

6) MELAKUKAN GERAKAN-GERAKAN YANG TIDAK PERLU.
Dahulu ada seorang sahabat yang bermain kerikil ketika sedang tasyahud. Ia membolak-balikkannya. Melihat hal itu, maka Ibnu Umar segera menegurnya selepas sholat. "Jangan bermain kerikil ketika sholat karena perbuatan tersebut berasal dari syetan. Tapi kerjakan seperti apa yang dikerjakan Rasulullah". Orang tersebut bertanya, Apa yang dilakukannya? Kemudian Ibnu Umar meletakkan tangan kanannya diatas paha kanannya dengan jari telunjuk menunjuk ke arah kiblat atau tempat sujud. Demikianlah saya melihat apa yang dilakukan Rasulullah, kata Ibnu Umar" (HR. Tirmidzi)

7) MENENGOK KE KANAN ATAU KE KIRI KETIKA SHOLAT.
Dengan sadar atau tidak, orang tersebut menengok ke kiri atau ke kanan, itulah akibat godaan syetan penggoda. Karena itu, setelah takbiratul ihram, pusatkan pandangan pada satu titik. Yaitu tempat sujud. Sehingga perhatian kita menjadi fokus dan tidak gampang dicuri oleh syetan. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Aisyah ra., ia berkata, Saya bertanya kepada Rasulullah tentang hukum menengok ketika sholat. Rasulullah menjawab, Itu adalah curian syetan atas sholat seorang hamba" (HR. Bukhari)

8) MENGUAP DAN MENGANTUK.
Rasulullah bersabda, "Menguap ketika sholat itu dari syetan. Karena itu bila kalian ingin menguap maka tahanlah sebisa mungkin" (HR. Thabrani). Dalam riwayat lain Rasulullah bersabda, "Adapun menguap itu datangnya dari syetan, maka hendaklah seseorang mencegahnya (menahannya) selagi bisa. Apabila ia berkata ha.. berarti syetan tertawa dalam mulutnya" (HR. Bukhari dan Muslim)

9) BERSIN BERULANG KALI SAAT SHOLAT.
Syetan ingin menggangu kekhusyu'an sholat dengan bersin sebagaimana yang dikatakan Abdullah bin Mas'ud, "Menguap dan bersin dalam sholat itu dari syetan" (HR. Thabrani). Ibnu Hajar mengomentari pernyataan Ibnu Mas'ud, "Bersin yang tidak disenangi Allah adalah yang terjadi dalam sholat sedangkan bersin di luar sholat itu tetap disenangi Allah. Hal itu tidak lain karena syetan memang ingin menggangu sholat seseorang dengan berbagai cara"

10) TERASA INGIN BUANG ANGIN ATAU BUANG AIR.
Rasulullah bersabda, "Apabila salah seorang dari kalian bimbang atas apa yang dirasakan di perutnya apakah telah keluar sesuatu darinya atau tidak, maka janganlah sekali-kali ia keluar dari masjid sampai ia yakin telah mendengar suara (keluarnya angin) atau mencium baunya" (HR. Muslim)

Berbahagialah orang-orang muslim yang selama ini terbebas dari berbagai macam gangguan syetan dalam sholat. Semoga kita semua dibebaskan oleh Allah dari gangguan-gangguan tersebut. Dan bagi yang merasakan gangguan tersebut, sebagian atau keseluruhannya, janganlah putus asa untuk berjihad melawan syetan terkutuk.

Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam.. aamiin Allahumma aamiin..

Sumber

Baca Selengkapnya......