:: Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh :: Selamat datang di website resmi Masjid Amal Bakti - Puncak Sekuning - Palembang :: Semoga isi dari website ini bisa bermanfaat untuk kita semua :: Terima kasih atas kunjungannya :: Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh ::
===========================================================
===========================================================

Kamis, 05 April 2012

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Garis Edar Tata Surya


Menurut Ilmu Astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex.

Ini berarti bahwa matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.

Menurut Harun Yahya, terdapat sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan.

Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Fenomena itu telah disebutkan dalam Alquran sejak abad ke-7 M. Padahal, pada zaman itu manusia tidak memiliki teleskop ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Dalam Alquran disebutkan matahari dan bulan masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

Simak firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33: ''Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."

Disebutkan pula dalam surah Ya Sin [36] ayat 38: ''Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.''

Menurut Alquran, keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar: "Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (QS Az-Zariyat [51]:7)

Maha Benar Allah SWT dengan Segala Firmannya.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Dosa Pemimpin


Suatu hari sahabat Abu Dzar al-Ghiffari memohon kepada Rasulullah SAW untuk mengabdikan diri sebagai pemimpin di daerah seperti sahabat lainnya. Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau hendak menggunakan (jasa)-ku?”

Namun, Rasulullah SAW yang mengetahui karakter para sahabatnya mengetahui bahwa Abu Dzar tidak cocok untuk menjadi seorang pemimpin. “Wahai Abu Dzar, engkau itu lemah (dalam kepemimpinan), dan kepemimpinan itu ialah amanah dan akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada Hari Kiamat.”

Sungguh, Rasulullah SAW tidak meragukan kesalehan dan ketakwaan Abu Dzar al-Ghiffari, tetapi ia hendak mengingatkan akan bahaya menjadi pemimpin tanpa mampu menjalankan amanah yang diembannya. Karena, pemimpin tidak hanya bertanggung jawab kepada rakyatnya, tapi dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Jika seorang pemimpin mampu menunaikan amanah dengan baik, memberikan hak-hak bagi orang yang dipimpinnya, dan berbuat adil kepada diri, keluarga, dan rakyatnya, ia termasuk orang yang paling dicintai Allah dan mendapatkan naungan dari sisi-Nya pada Hari Kiamat. “Sehari menjadi pemimpin yang adil, lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun.” (HR Ahmad).

Sebaliknya, jika seorang pemimpin tidak adil, mengabaikan tanggung jawabnya terhadap rakyat, dan hanya berpihak kepada diri, keluarga, dan kelompoknya, ia akan menyesalinya pada Hari Kiamat. “Barang siapa yang menjadi pemimpin (hanya) bagi 10 orang atau lebih, Allah akan mendatangkannya dengan tangan terbelenggu pada lehernya pada Hari Kiamat, ia akan dibebaskan oleh kebaikannya atau dikencangkan dosanya, awalannya ialah kesalahan, pertengahannya penyesalan, dan akhirannya kehinaan pada Hari Kiamat.” (HR Ahmad).

Dosa seorang pemimpin tidak bisa disamakan dengan dosa manusia biasa karena dosa pemimpin berdampak luas dan merugikan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang menyalahgunakan wewenang, membiarkan kezaliman, dan menelantarkan orang-orang yang tidak mampu, akan dibalas oleh Allah dengan kehinaan dan siksaan yang pedih. Oleh karena itu, para pemimpin umat Islam terdahulu selalu memikirkan tentang penderitaan rakyatnya karena merasa takut akan perbuatan dosa yang nanti akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah.

Karenanya, sungguh sangat mengherankan jika seorang pemimpin hanya mengkhawatirkan keselamatan diri dan keluarganya dari rongrongan rakyat atau lawan-lawan politiknya, sementara ia menelantarkan rakyatnya dalam jeratan kemiskinan. Umar bin Khattab RA pernah merinding ketakutan akan posisinya pada Hari Kiamat hanya karena mengkhawatirkan seekor keledai yang tak bisa makan. “Andaikan seekor keledai terjerembap di daerah Irak, niscaya Allah kelak akan menanyakan pertanggungjawabanku, mengapa engkau tidak meratakan jalannya?”

Seandainya setiap pemimpin lebih mengkhawatirkan kedudukannya di sisi Allah dibanding jabatan dan kekuasaannya saat ini, ia akan senantiasa mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Sekecil apa pun kesalahan pemimpin terhadap rakyatnya, akan menjadi penyesalan, kehinaan, dan azab baginya pada Hari Kiamat. Wallahu ‘alam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Senin, 02 April 2012

10 Tanda Kiamat


Dari Abu Hurairah RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Akan terjadi fitnah di saat orang yang duduk lebih baik (selamat) daripada orang yang berdiri. Dan orang yang berdiri, lebih baik (selamat) dari orang yang berjalan. Sedangkan orang yang berjalan, lebih selamat dari orang yang berlari. Dan siapa yang mengintainya akan disambar (ditangkap) olehnya, maka siapa yang mendapatkan tempat berlindung daripadanya, maka hendaklah berlindung di tempat itu.” (HR. Bukhari-Muslim).

Saat dunia tak ada lagi tempat bernaung. Saat tiap sudut sirna sudah sebagai tempat berlabuh. Dan tiap insan tak tahu harus kemana berteduh. Itulah hari akhir. Hari Allah, dan hari di mana Allah membalas semua perbuatan-perbuatan kita selama di dunia. Baik amal terpuji, maupun amal tercela. Baik orang miskin, pun orang kaya.

Tak ada lagi kesenjangan sosial di hari itu, sebab semua manusia disibukkan bukan oleh hartanya—namun oleh amalan-amalannya. Sejak saat itulah manusia dibalas sesuai apa yang ia perbuat, amalan-amalan dengan nilai pahala dan dosa yang kecil maupun besar.

Sebelum memasuki Kiamat Kubra, manusia dihadapkan oleh tanda-tanda kiamat. Tanda-tanda kiamat pun variatif. Dalam sebuah hadits, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kiamat itu tidak akan terjadi sebelum kamu melihat sepuluh tanda, yakni: Pertama, asap. Kedua, Dajjal. Tiga, binatang melata di bumi. Empat, terbitnya matahari sebelah barat. Lima, turunnya Nabi Isa AS. Enam, keluarnya Yakjuj dan Makjuj. Tujuh, gerhana di timur. Delapan, gerhana di barat. Sembilan, gerhana di jazirah Arab dan terakhir, keluarnya api dari Kota Yaman dan menghalau manusia ke tempat penggiringan mereka."

Pertama, Dajjal. Maksudnya ialah bahaya besar yang tidak ada bahaya sepertinya sejak Nabi Adam AS sampai hari kiamat. Dajjal dapat membuat apa saja perkara-perkara yang luar biasa. Dia akan mendakwa dirinya Tuhan, sebelah matanya buta dan di antara kedua matanya tertulis perkataan 'kafir'.

Tanda kedua, asap akan memenuhi timur dan barat, ia akan berlaku selama 40 hari. Apabila orang yang beriman terkena asap itu, ia akan bersin seperti terkena selesma, sementara orang kafir keadaannya seperti orang mabuk. Asap akan keluar dari hidung, telinga dan dubur mereka.

Tanda ketiga, yakni keluarnya binatang melata yang dikenali sebagai Dabatul Ardh ini akan keluar di Kota Makkah dekat gunung Shafa. Ia akan berbicara dengan kata-kata yang fasih dan jelas. Dabatul Ardh ini akan membawa tongkat Nabi Musa AS dan cincin Nabi Sulaiman AS. Apabila binatang ini memukulkan tongkatnya ke dahi orang yang beriman, maka akan tertulislah di dahi orangitu 'Ini adalah orang yang beriman'. Apabila tongkat itu dipukul ke dahi orang yang kafir, maka akan tertulislah 'Ini adalah orang kafir'.

Tanda keempat, yaitu turunnya Nabi Isa AS di negeri Syam di menara putih. Beliau akan membunuh Dajjal. Kemudian Nabi Isa AS akan menjalankan syariat Nabi Muhammad SAW.

Yakjuj dan Makjuj juga akan keluar, mereka ini merupakan dua golongan. Satu golongan kecil dan satu lagi golongan besar. Yakjuj dan Makjuj itu kini berada di belakang bendungan yang dibangun oleh Iskandar Zulqarnain.

Sejalan dengan tanda-tanda tersebut, Rasulullah SAW bersabda dalam hadits lain, "Hari kiamat itu mempunyai tanda, bermulanya dengan tidak laris jualan di pasar, sedikit saja hujan dan begitu juga dengan tumbuh-tumbuhan. Ghibah menjadi-jadi dan merata-rata, memakan riba, banyaknya anak-anak zina, orang kaya diagung-agungkan, orang-orang fasik akan bersuara lantang di masjid, para ahli mungkar lebih banyak menonjol dari ahli haq."

Allah SWT berfirman, “Maka tidaklah yang mereka tunggu-tunggu melainkan Hari Kiamat (yaitu) kedatangannya kepada mereka dengan tiba-tiba, karena sesungguhnya telah datang tanda-tandanya. Maka apakah faedahnya bagi mereka kesadaran mereka itu apabila Hari Kiamat sudah datang?” (QS. Muhammad: 18).

Allah telah memberikan kunci rahasia pada kita, bahwa kiamat akan datang tiba-tiba, tanpa kompromi, dan tiadalah yang mengetahui kapan kiamat itu terjadi, sekalipun Jibril yang senantiasa setia pada Allah. Oleh karenanya, karena kiamat itu tiba-tiba, maka Allah mempersilakan kita untuk memperbaiki amal ibadah. Wallahua’lam bishshawwab.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Hati Yang Terkunci


“...Sesungguhnya bukanlah mata itu yang buta, melainkan yang buta ialah hati yang terdapat di dada.” (QS al-Hajj:46).

Tatkala orang bersumpah di ruang publik dengan penuh percaya diri, sungguh siapa pun tak akan tahu persis apakah ia sedang jujur atau berdusta. Hanya dia dan Tuhan yang tahu. Orang lain sebatas me nafsir dan menerka. Hak dan batil secara hakiki pasti berbeda, tetapi di tangan manusia keduanya sering kali menjadi sumir, gelap, dan serbarumit.

Para nabi diberi mukjizat untuk lebih meyakinkan kaumnya tentang kebenaran risalah Tuhan. Nabi Khidir harus melakukan tindakan aneh (khariq al-‘adat) untuk meyakinkan Musa as tentang hakikat sesuatu di balik yang tampak. Bahkan, Nabi Ibrahim dalam pencarian religiusnya sempat mengira matahari dan bulan sebagai kekuatan adikodrati sebelum sampai pada puncak kebenaran tauhid tentang Tuhan Yang Esa.

Namun, di tangan para penjahat dan pendusta berdasi, kebenaran itu menjadi kabur dan dimanipulasi. Mereka memiliki 1.001 akal bulus untuk menutupi kebenaran. Dari sumpah palsu hingga bermain teatrikal sebagai sosok suci dan baik hati di hadapan publik. Di panggung politik, bahkan orang seolah boleh berdusta dan bermuslihat buruk di bawah adagium “politik adalah seni segala kemungkinan”. Dan, para mafioso pun sering tampil sebagai sosok-sosok dermawan untuk menutupi dunia hitamnya.

Senaif itukah perilaku anak cucu Adam? Tentu saja tidak. Manusia itu multiwajah. Dari sosok yang baik, buruk, hingga kelabu. Tetapi, ketika kepalsuan sudah menjadi sistem dan budaya dominan maka banyak mutiara kebenaran, kebaikan, dan kepatutan menjadi mudah terkubur. Lalu, yang mekar ialah aneka serbasalah, buruk, dan seronok yang dibalut pesona indah. Di titik inilah betapa mahalnya harga sebuah kebenaran di negeri ini, bak mendulang butiran emas di lumpur pekat.

Salah Jalan

Negeri ini menjadi gaduh dengan banyak kerumitan krusial karena setiap masalah dibiarkan meluas dan termanipulasi. Uang negara dijarah dan korupsi kelas kakap sulit diberantas sampai ke akar. Sebab, para pelakunya berjamaah dan berada di pusat-pusat kuasa, yang piawai saling melindungi dan menyandera. Pegawai negeri sipil kelas bawah saja sampai memiliki rekening puluhan miliar.

Publik pun menyoroti sekian banyak elite politik berubah menjadi hartawan dan bergaya hidup mewah. Hukum tak bisa dipercaya karena para aparatnya terlibat kepentingan dan mudah disogok. Akibatnya, banyak masalah menjadi serbaruwet terjebak ling karan setan, yang menunjukkan betapa bobrok sistem dan perangai manusia di bumi tercinta ini. Mereka yang semestinya merawat negeri ini seperti pagar makan tanaman. Semua terjebak dalam lingkaran banyak kepentingan yang melibatkan transaksi-transaksi uang dan perkara-perkara haram. Mereka bukan berburu kebaikan untuk negeri, malah berlomba memperkaya diri, kroni, dan dinasti.

Inilah salah jalan para penggawa negeri yang ingin mengejar puncak hidup serbainderawi yang menggerus idealisme, yakni hidup melampaui batas kewajaran. Akibatnya, mereka harus terjerat korupsi dan menggerogoti kekayaan negeri. “ Alhakum at-takatsur, ”demikian sindiran Tuhan. Mereka berlomba-lomba mengejar hidup tanpa aturan dan tak akan pernah puas sampai ajal tiba sekalipun. Akibatnya, mereka menabrak batas-batas kebenaran, kebaikan, dan kepatutan.

Bukankah Tuhan telah mengajarkan manusia batas-batas dalam mengejar ambisi hidup. (QS al-An’am:32). Kesenangan-kesenangan duniawi itu hanya sebentar dan tidak kekal. Janganlah orang terperdaya dengan kesenangan-kesenangan dunia serta lalai dari memperhatikan urusan akhirat.

Dunia memang harus digeluti dan manusia bertakwa tidak boleh antidunia. Hidup jabariah dan uzlah sungguh tak dianjurkan. Tetapi, tidak berarti atas nama sikap qadariyah lantas hidup menjadi liar dan terpenjara dunia. Manusia bukan mengendalikan dunia, melainkan malah diperbudak dunia.

Buta Hati

Generasi bangsa ini setelah 66 tahun merdeka tampaknya perlu belajar kembali dari nol tentang hakikat hidup berbang sa dengan nurani yang fitri. Lebih-lebih menjadi pemangku amanat negeri agar menjadi suri teladan dan tidak salah jalan. Orang pandai, ahli, dan cerdas otak semakin banyak jumlahnya. Tetapi, untuk menemukan sebongkah kebenaran saja sulitnya minta ampun. Kearifan, kebaikan, dan etika menjadi barang mahal. Apalagi, untuk menegakkan kebenaran yang sering terasa pahit.

Maka, betapa sedikit atau mungkin banyak tetapi tidak hadir di permukaan para pemangku negeri yang sadar idealisme dalam mengemban amanat. Mereka banyak yang perkasa dalam hal bicara, profesi, intelektualitas, dan kehebatan segala hal, tetapi buta atau rabun nurani. Lihat QS al-Hajj:46. Ayat ini berkisah tentang sikap orang-orang yang ingkar kepada Allah dan mendustakan risalah para nabi seperti umat Nabi Nuh, Luth, Musa, Saleh, dan Ibrahim yang bertindak zalim dan akhirnya diazab Tuhan hing ga negerinya hancur.

“Istafti qalbaka!” (minta pendapatlah pada hati nuranimu!) Demikian sabda Nabi seraya menasihati bahwa “Kebaikan itu adalah sesuatu yang membuat jiwa dan hati tenang, dan keburukan itu sesuatu yang mem buat jiwa gelisah dan hati bimbang.” (HR Ahmad dan al-Dari mi). Artinya, hati nurani itu selalu bersuara emas pada kebaikan, sebaliknya antidusta dan keburukan.

Hati tidak pernah menipu diri, apalagi menipu orang lain. Hati yang fitri, yang bersih dari anasir-anasir kepentingan materi, nafsu, dan godaan inderawi. Hati yang selalu membimbing kata sejalan tindakan, sumpah, dan kenyataan. Hati yang takut berdusta di hadapan siapa pun karena yakin betul Tuhan Mahamengawasi. Hati yang tidak memproduksi kata-kata indah yang jauh panggang dari api. Itulah hati yang bersih, al-qalb al-salim.

Namun, mana bisa bertanya pada hati manakala setiap asupan dalam dirinya setiap hari adalah barang serbabatil. Akibatnya, suara hati makin lama kian lirih, sunyi, dan mati. Lalu, yang menguasai diri dan bersuara lantang ialah nafsu.

Imam Al-Ghazali bermutiara hikmah: “Tubuh itu laksana kerajaan. Tangan, kaki, dan segenap anggota tubuh laksana pe kerja ahli. Syahwat itu bagaikan pemungut pajak. Amarah ibarat polisi. Hati nurani adalah raja yang menguasai singgasana. Akal itu perdana menterinya. Syahwat senantiasa menarik segala sesuatu pada kepentingan dirinya. Sedangkan, amarah berwatak keras dan kasar, yang suka menghukum dan menghancurkan.

Hati sang raja itu harus mengendalikan syahwat, amarah, juga mengendalikan akal. Hati harus menjafakeseimbangan semua kekuatan yang dimiliki manusia itu.” Sayangnya, tidak banyak anak cucu Adam yang tercerahkan hati nuraninya karena singgasana hidupnya telanjur dihegemoni oleh rezim nafsu serbaduniawi. Itulah hati yang terkunci.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Minggu, 01 April 2012

Inilah 5 Keutamaan Hidup Jujur


Banyak orang mengajar kebahagiaan di balik kemegahan materi. Padahal, itu semua hanyalah kesemuan belaka. Kalau ingin bahagia jujurlah. Jujur kepada Allah sebagai hamba-Nya, jangan basa-basi dan jangan setengah-setengah. Jujur sebagai suami maka selalu menjauhi dosa dan memberikan nafkah secara halal dan maksimal. Jujur sebagai istri maka selalu menjaga kehormatan diri dan harta suami dan benar-benar menjadi tempat berteduh bagi suami. Jujur sebagai pemimpin maka selalu menjunjung tinggi asa musyawarah dan bekerja keras untuk menegakkan keadilan dan memastikan kesejahtraan rakyatnya.

Bila kejujuran seperti tersebut di atas terwujud, banyak hikmah yang akan dipetik. Pertama, jujur akan mengantarkan ke surga. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya kejujuran akan mengantarkan kepada kebaikan dan kebaikan akan mengantarkan ke surga … dan sungguh kebohongan akan mengatarkan kepada dosa, dan dosa akan mengantarkan kepada neraka .…” (HR Bukhari-Muslim).

Berdasarkan ini, jelas bahwa tidak mungkin kebaikan akan datang jika manusia yang berkumpul di dalamnya adalah para pembohong dan pendusta. Bila di tengah mereka menyebar kebohongan maka otomatis dosa akan semakin merajalela. Bila dosa merajalela maka jamainanya adalah neraka.

Kedua, jujur akan melahirkan ketenangan. Rasulullah SAW bersabda, “… maka sesungguhnya kejujuran adalah ketenangan dan kebohongan adalah keraguan .…” (HR Turmidzi). Orang yang selalu jujur akan selalu tenang, sebab ia selalu membawa kebenaran. Sebaliknya, para pembohong selalu membawa kebusukan dan kebusukan itu membawa kegelisahan akibat kebusukannya. Ia akan selalu dihantui dengan kebohongannya dan takut hal itu akan terbongkar. Dan, bila seorang pembohong seperti ini menjadi pemimpin maka ia tidak akan sempat mengurus rakyatnya, karena ia sibuk menyembunyikan kebusukan dalam dirinya.

Ketiga, jujur disukai semua manusia. Abu Sofyan pernah ditanya oleh Heraklius mengenai dakwah Rasulullah SAW. Abu Sofyan menjelaskan bahwa di antara dakwahnya adalah mengajak berbuat jujur. (HR Bukhari-Muslim).

Rasulullah SAW terkenal sebagai manusia yang paling jujur. Bahkan, sebelum kedatangan Islam, beliau sudah masyhur sebagai orang yang jujur. Orang-orang kafir Makkah pun mengakui kejujuran Rasulullah SAW, sekalipun mereka tidak beriman. Bahkan, mereka memberi gelar al-Amin (orang yang tepercaya) kepada Rasulullah. Selain itu, mereka juga selalu menitipkan barang berharga kepada Rasul SAW.

Keempat, jujur akan mengantarkan pelakunya pada derajat tertinggi. Rasulullah SAW bersabda, “Siapa yang memohon dengan jujur untuk mati syahid, (maka ketika ia wafat) ia akan tergolong syuhada sekalipun mati di atas kasurnya.” (HR Muslim).

Dan kelima, jujur akan mengantarkan pada keberkahan. Nabi Muhammad SAW pernah mengatakan bahwa seorang pembeli dan pedagang yang jujur dalam melakukan transaksi perdagangannya maka ia akan diberkahi oleh Allah. Sebaliknya, jika menipu maka Allah akan mencabut keberkahan dagangannya. (HR Bukhari Muslim). Wallahu a’lam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Ingin Hidup Bahagia? Inilah Resepnya


Siang itu terasa terik sekali. Beberapa mahasiswa nongkrong di bawah sebuah pohon kayu yang rindang dekat parkiran. Tiba-tiba mata mereka tertuju pada sebuah mobil mewah yang me laju cepat menuju parkiran.

Dengan tergesa-gesa seorang ibu muda keluar dari mobil itu dan langsung berteriak, “Tolong ... saya ingin bunuh diri, tapi tidak berani!” Kalau tidak menjaga perasaan ibu muda tersebut, para mahasiswa sudah pasti tertawa mendengar teriakan lucu itu.

Dengan cepat beberapa mahasiswa itu berunding. Seorang di antara mereka meng usulkan, “Ayo kita bawa saja menemui Pak Ahmad!” Yang mereka sebut Pak Ahmad itu adalah wakil rektor bidang ke mahasiswaan. Para mahasiswa sudah akrab dengan Pak Ahmad. Beliau seorang doktor psikologi dan juga dikenal sebagai ustaz. Mereka pun segera membawa ibu yang stres itu menemui Pak Ahmad.

Alhamdulillah, Pak Ahmad berada di tempat. Terjadilah dialog antara Pak Ahmad dan ibu muda tersebut. “Mengapa ingin bunuh diri, Bu,” tanya Pak Ahmad. “Sudah seminggu suami tidak mau bertegur sapa dengan saya, Ustaz,” ujar nya. “Sudah berapa lama Ibu menikah?” selidik Pak Ahmad. “Tujuh tahun,” jawabnya.

“Selama tujuh tahun menikah itu, apakah suami Ibu sering tidak menegur Ibu?” tanya Pak Ahmad. Ibu itu menjawab, “Tidak Pak. Selama ini hubungan kami baik-baik saja. Baru sekali ini suami tidak mau ber tegur sapa dengan saya.”

Atas hal itu, Pak Ahmad menyampaikan bahwa ibu itu patut bersyukur karena hubungan antara dia dan suaminya baik-baik saja dan baru seminggu ini mendapat cobaan. Pak Ahmad pun mengajak ibu itu untuk membandingkan nasibnya dengan ibu-ibu lainnya yang kurang beruntung. Seperti adanya ibu-ibu yang lahir batin menderita, tidak diberi nafkah yang cukup, dan diperlakukan secara kasar oleh suaminya. Ibu itu pun akhirnya tersadar dan mampu menenangkan diri. Ia juga rajin berkonsultasi untuk meminta nasihat kepada Pak Ahmad.

Pada suatu kesempatan konsultasi, ibu muda itu menanyakan mengapa materi yang berlimpah tidak membuat seseorang bahagia. Pak Ahmad bertanya, “Apakah Ibu sudah berusaha mencari kebahagiaan itu?” Sebelum ibu itu menjawab, Pak Ahmad bertanya lagi, “Di mana Ibu cari kebahagiaan itu?”

Lebih lanjut Pak Ahmad menjelaskan, “Ibu tidak akan bisa mendapatkan kebahagiaan dengan mencari kebahagiaan. Ibu akan mendapatkan kebahagiaan apabila Ibu membagi kebahagiaan kepada orang lain.” Mendapat jawaban itu, ibu tersebut bertanya lagi, “Bagaimana kita bisa membagi kebahagiaan kepada orang lain kalau kita sendiri tidak pernah merasa bahagia.”

Pak Ahmad menjelaskan maksudnya. “Pergilah Ibu berkunjung ke rumah-rumah orang miskin yang lapar. Bawa makanan yang enak-enak, bagikan kepada mereka secara langsung. Ibu saksikan betapa bahagianya mereka menikmati makanan yang ibu bawa. Saat itulah Ibu telah membagi kebahagiaan kepada orang-orang miskin itu. Kebahagiaan me reka akan berpindah kepa da Ibu.” Karena itu, bahagiakanlah orang lain, niscaya kebahagiaan juga akan menyertai kita semua. Insya Allah.

Sumber

Baca Selengkapnya......