oleh : Ustadz Muhammad Arifin Ilham
Sebagai anak bangsa, penulis bermimpi dengan negeri ini. Indah sekali jika menyaksikan para pejabat atau pemegang kekuasaan di negeri ini berduyun-duyun menuju masjid ketika azan berkumandang. 'Arasy-Nya pasti bergetar dan para malaikat pun dibuat terpana, ketika saat-saat krusial sidang kabinet atau rapat paripurna seorang presiden atau wakilnya dan atau ketua DPR tiba-tiba menskorsing rapat. Kemudian, memerintahkan para menteri atau wakil rakyat yang Muslim untuk bergegas memenuhi panggilan suci dan bersegera mendirikan shalat, mulai dari dirinya sendiri, sebagai seorang presiden atau pimpinan di DPR.
Situasi panas atau alot ketika rapat, pelan-pelan akan terkurangi bersamaan basuhan segar air wudhu. Dalam barisan yang rapat dan lurus, mereka pun tegak berdiri menghadap Allah. Bersama-sama mengangkat tangan, membesarkan Sang Pencipta, takbiratul ihram. Mereka juga bersama-sama uluk salam, menengok kanan dan kiri, menebar keselamatan dan kesejahteraan antarsesama. Lalu duduk sesaat, untuk berzikir dan berdoa. Memohon supaya Sang Maha Menatap memberi kebaikan dan jalan keluar dari setiap persoalannya. Allahu akbar, rasanya damai dan tenang. Pastinya tidak akan pernah terbetik untuk saling menyerang antarmereka.
Lebih-lebih ketika shalat usai, kemudian dilanjutkan dengan musafahah, saling bersalaman. Bisa dipastikan cair sudah hubungan alot mereka. Dalam keadaan muka bergurat aura surga tersebut, mereka jalan beriringan dan mendiskusikan persoalan rakyat dan umat yang belum sempat selesai. Menyaksikan seperti itu, malaikat turut berdoa, rahmat dan berkah-Nya untuk mereka.
Rasulullah SAW sangat mencintai masjid, malah saking cintanya akan masjid beliau mendirikan rumah di samping masjid. Masjid itu kunci keberkahan. Baaraknaa haulahu. Kalau seorang suami atau ayah pergi ke masjid, maka istri dan anak-anaknya diberkahi. Kalau pedagang berangkat ke masjid, insya Allah perdagangannya akan diberkahi. Begitu juga, jika pemimpin di negeri ini mau ke masjid, utamanya di waktu Subuh, pastilah penduduknya akan diberkahi. (QS at-Taubah [9]: 18).
Telah lama masjid-masjid di negeri ini bersedih. Ditinggalkan dari lautan peran yang belum maksimal. Mari saatnya kembali ke masjid dengan tujuan memakmurkan dan menghidupkannya, agar kita diberkahi dan diridai.
Banyak sosok manusia besar lahir dari pembiakan syiar dan keberkahan masjid. Masjid adalah sebuah tempat pengaderan pribadi-pribadi tangguh. Rasulullah SAW telah memberi contoh dengan menjadikan syiar masjid sebagai proyek pertama amal jama'i.
Dari masjid lahirlah manusia-manusia besar. Ada negarawan besar seperti Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib. Para penakluk seperti Hamzah, Khalid bin Walid, Saad bin Abi Waqqash, Amr bin Ash, dan Usamah bin Zaid. Ulama-ulama seperti Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ibnu Mas'ud, Zaid bin Tsabit, dan Muadz bin Jabal. Intelijen andal seperti al-Abbas dan Salman al-Farisi. Pengusaha-pengusaha hebat seperti Abdurrahman bin Auf, Thalhah bin Ubaidillah. Dan perawi hadis brilian seperti Abu Hurairah dan Aisyah. Ala kulli hal, kita semua bermimpi akan negeri bermasjid ini.
Sumber
Sabtu, 08 Oktober 2011
Memimpikan Negeri Bermasjid
Berapa Biaya Kesehatan 1 Bungkus Rokok ?
Sudah banyak orang yang tahu bahaya yang ditimbulkan dari rokok. Tapi hanya sedikit yang mau tahu berapa biaya kesehatan yang harus dikeluarkan dari 1 bungkus rokok. Ternyata dari 1 bungkus rokok saja biaya kesehatan rata-rata dunia mencapai Rp 1-2 juta. Itu baru satu bungkus lho.
Harga rokok rata-rata di banyak negara yang sudah melakukan ratifikasi tembakau adalah sekitar US$ 4-7 atau (sekitar Rp 38.000-66.000).
Tapi jangan memasukkan harga rokok di Indonesia yang memang masih sangat murah yakni kurang dari US$ 1 dan Indonesia juga belum masuk dalam negara yang melakukan ratifikasi tembakau atau Framework Convention of Tobacco Control (FCTC).
Dari harga rata-rata rokok di negara-negara maju, peneliti berhasil menghitung berapa biaya kesehatan yang ditimbulkan dari 1 bungkus rokok. Ternyata mencapai 36 kali lipat. Itu baru dari 1 bungkus rokok saja. Sedangkan perokok biasanya merokok lebih dari 1 bungkus selama dia suka.
Peneliti mengambil sampel di Spanyol yang harga satu bungkus rokok antara US$ 4,20- US$ 5,60 (Rp 39.000-Rp 52.000). Setelah dihitung biaya kematian prematur akibat rokok maka yang harus ditanggung oleh perokok dari satu bungkus rokok adalah US$ 150 (Rp 1,4 juta) per bungkus untuk laki-laki dan US$ 105 (Rp 987.000) per bungkus untuk perempuan.
Peneliti menyebutnya sebagai harga sebenarnya atau ‘true cost’ dari sebungkus rokok ternyata melebihi harga yang tercantum di bungkusnya.
Sementara di Amerika, ‘true cost’ dari satu bungkus rokok dalam beberapa tahun terakhir seperti yang diterbitkan dalam Journal of Health Economics tahun 2006 mencapai US$ 222 (Rp 2,086 juta) per bungkus untuk laki-laki.
Tinggal kalikan saja berapa bungkus rokok yang dikonsumsi maka perokok harus menanggun biaya sebesar itu jika mengalami sakit akibat rokok.
Perhitungan ini diharapkan bisa membantu perokok memahami berapa sebenarnya biaya yang harus ia keluarkan untuk satu bungkus rokok. Cara ini dianggap mampu mencegah seseorang untuk merokok.
Meski Diharapkan hasil penelitian di Spanyol ini bisa diberitakan ke seluruh dunia sehingga perokok tahu berapa biaya yang harus ditanggungnya yang rata-rata 36 kali dari satu bungkus rokok saja.
“Ini kembali mengingatkan bahwa konsumsi tembakau dapat meningkatkan risiko kematian dini dibanding dengan non-perokok, sehingga seseorang dapat menetapkan berapa biaya kematian dini bagi orang yang merokok,” ujar peneliti Angel Lopez Nicolas dari Polytechnic University of Cartagena di Spanyol, seperti dikutip dari Foxnews, Jumat (29/10/2010).
Nicolas juga menuturkan bahwa merokok bisa memotong rata-rata usia harapan hidup seorang laki-laki sebesar 7,13 tahun dan perempuan sebesar 4,5 tahun.
Dalam penelitian ini Nicolas dan rekannya menggabungkan Value of a Statistical Life (VSL) dengan data epidemiologi terhadap harapan hidup bagi perokok dan bukan perokok, serta data mengenai konsumsi tembakau.
Meskipun jumlah biayanya bervariasi, peneliti mengungkapkan bahwa pemahaman yang lebih baik mengenai ‘true cost’ dari satu bungkus rokok dapat membantu mengurangi perilaku tidak sehat ini.
Sumber