''Orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah (dzikrullah). Ketahuilah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.'' (Al-Ra'd: 28)
Dalam salah sebuah hadis diceritakan bahwa suatu saat Rasulullah SAW bersabda, ''Wahai para sahabat-sahabatku, maukah aku beri tahukan kepada kalian suatu bentuk amal yang paling baik, paling diridlai Tuhan kalian, paling tinggi nilainya, paling baik dibanding ketika kalian memberikan emas atau perak kepada orang lain, dan paling baik ketimbang ketika kalian bertemu dengan musuh-musuh kalian dalam perang yang konsekuensinya membunuh atau terbunuh musuh?''
Dengan serentak, para sahabat menjawab, ''Baik ya Rasulullah.'' Setelah diam sebentar, Nabi SAW berkata, ''Dzikrullah (mengingat Allah)''. (HR Ibnu Majah dari Abu al-Darda).
Menurut bahasa, dzikir berarti ''mengingat''. Dzikrullah berarti mengingat Allah SWT.
Sebagai sarana mengingat Allah SWT, Rasulullah SAW dalam banyak hadisnya mengajarkan bentuk-bentuk dzikir. ''Sesungguhnya, bentuk dzikir yang paling utama di sisi Allah adalah mengucapkan kalimat tauhid, la ilaha illa Allah (tiada Tuhan selain Allah).'' (HR Ibnu Majah dari Jabir bin Abdullah).
Berdzikir adalah salah satu ciri khas orang-orang beriman, yang mesti dilakukan setiap saat dan di manapun berada. Dengan berdzikir, segala tindak-tanduk perilaku hidupnya akan selalu terkontrol.
Allah SWT sangat mencintai orang-orang yang berdzikir mengingat-Nya.Persoalan hidup dan kehidupan yang pelik dan rumit, jika tidak karena kasih sayang Allah SWT, mustahil itu semua terpecahkan. Menjadi umat yang berdzikir, adalah salah satu upaya meraih cinta Ilahi.
Sumber
Sabtu, 17 September 2011
Menjadi Umat Yang Berdzikir
Menggapai Petunjuk Tuhan
Secara rohani, petunjuk Tuhan (hidayah) dapat dipandang sebagai pangkal dari semua kebaikan. Manusia tidak mungkin menggapai kebaikan-kebaikan dalam hidupnya tanpa petunjuk dari Allah. Firman-Nya, ''Tuhan kami adalah Allah yang telah memberikan kepada tiap-tiap sesuatu bentuk kepadanya, kemudian memberinya petunjuk.'' (Thaha: 50).
Menurut ulama besar Syekh Muhammad Abduh, petunjuk Allah itu mencakup empat macam, yaitu petunjuk instink atau naluri (hidayat al-wujdan), petunjuk pancaindera (hidayat al-hawas), petunjuk akal pikiran (hidayat al-'aql), dan petunjuk agama (hidayat al-din).
Tanpa keempat macam petunjuk di atas, manusia tentu tidak mungkin bisa hidup dan membangun kehidupannya dengan baik di muka bumi. Rasyid Ridha, murid Abduh, menambahkan satu bentuk hidayah yang lain lagi yang dinamakan 'inayah atau ma'unatullah, yaitu pertolongan dari Allah SWT.
Dilihat dari segi tingkatannya, hidayah itu menurut Imam Ghazali ada tiga macam.
Pertama, berupa kemampuan mengenal dan membedakan kebaikan dan keburukan.
Kedua, berupa peningkatan kualitas hidup manusia yang terus membaik dari waktu ke waktu. Kualitas hidup itu meliputi kualitas iman, kualitas ilmu, dan kualitas kerja.
Ketiga, berupa pencerahan jiwa atau semacam spiritual enlightenment. Orang yang memperoleh hidayah dalam bentuk ini mencapai tingkat kesempurnaan dan kematangan jiwa (kamalat nafsiyah). Bagi al-Ghazali, inilah tingkatan hidayah dalam bentuknya yang paling tinggi.
''Apakah orang-orang yang dibukakan Allah hatinya untuk menerima agama Islam lalu ia mendapat cahaya dari Tuhannya (sama dengan orang yang hatinya membatu)?'' (Al-Zumar: 22).
Sumber
Pengaruh Makanan Pada Perilaku
Setiap orang beriman diperintahkan Allah SWT untuk senantiasa mengkonsumsi makanan yang halal dan baik (mengandung gizi dan vitamin yang cukup). Dua hal tadi--makanan halal dan baik-- di samping akan menyebabkan terjaganya kesehatan jasmani, juga akan semakin mendorong meningkatkan kualitas takwa dan syukur kepada Allah SWT.
Hal ini sebagaimana dinyatakan di dalam Alquran surat Al-Baqarah ayat 172,''Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rezeki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada-Nya kamu menyembah.''
Sebaliknya, makanan yang haram, baik substansi maupun cara mendapatkannya,meskipun secara lahiriyah mengandung gizi dan vitamin yang cukup, akan menumbuhkan perilaku yang buruk dan merusak, baik bagi dirinya maupun bagi keluarganya di dunia ini maupun di akhirat nanti.
Sabda Rasulullah SAW, ''Setiap daging yang tumbuh dari barang yang haram, maka neraka lebih utama baginya.''
Oleh karena itu yang memerlukan perhatian, pikiran, hati, dan keimanan adalah menentukan cara mendapatkan makanan atau rezeki yang bersih dan halal itu. Misalnya tidak melalui penipuan, korupsi, membungakan uang, menerima suap, dan cara-cara batil lainnya. Apalagi mengambil harta negara yang seharusnya dijaga dan dimanfaatkan untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat banyak. Wallahu a'lam.
Sumber
Persatuan Adalah Rahmat
Umat Islam digambarkan dalam Alquran dan hadis sebagai satu umat (ummatan wahidah), karena memiliki kesatuan akidah, syariah, dan prinsip muamalah. Allah SWT berfirman, ''Sesungguhnya orang mukmin itu bersaudara.'' (Al-Hujurat: 10).
Bersatu dalam ikatan rasa persaudaraan yang aktif di antara orang-orang beriman dilukiskan oleh Rasulullah SAW dalam hadisnya, ''Perumpamaan orang-orang mukmin dalam saling mengasihi, saling menyayangi, saling menyantuni adalah bagai satu tubuh.
Bila salah satu bagian tubuh menderita sakit, maka terasa sakitnya di seluruh tubuh.'' (HR Bukhari dan Muslim). Selanjutnya, tentang larangan merusak ukhuwah dan persatuan di antara sesama Muslim dinyatakan oleh Rasulullah, ''Mencela seorang Muslim adalah perbuatan fasik, dan membunuhnya adalah perbuatan kufur.'' (HR Bukhari dan Muslim).
Kehidupan umat yang ber-ukhuwah dan persatuan umat bukan kondisi yang datang dengan sendirinya tapi harus dengan pembinaan yang memerlukan tiga syarat.
Pertama, adanya leadership (kepemimpinan) di tengah umat Islam yang memiliki sifat-sifat kepemimpinan sejati, yaitu dengan kriteria beriman dan berilmu.
Kedua, ada satu jamaah yang tegak sama tinggi dan duduk sama rendah.
Ketiga, yang amat mendasar dalam pembinaan umat ialah adanya khittah dalam perjuangan membina umat berdasarkan Alquran dan sunah.
Sudah merupakan sunatullah bahwa kejayaan dan kemenangan tidak akan diberikan Allah kepada umat yang suka berselisih dan berpecah belah serta tidak memiliki skenario besar dalam membangun umat.
Seorang pujangga Islam mengatakan, ''Persatuan adalah rahmat, perpecahan merupakan azab.''
Sumber
Hidup Terhormat
Kehormatan negara tercoreng ketika terungkap beberapa pejabat hukum diduga telah menerima suap. Bukan hanya negara dan instansi tempat pejabat itu ditempatkan yang tercoreng, tapi juga pribadi yang bersangkutan.
Adalah pasti bahwa dalam hati nurani manusia, hidup berarti hidup secara terhormat. Islam menilai bahwa suatu kehidupan yang tak disertai kehormatan sama sekali bukanlah kehidupan. Sebaliknya, ia adalah kematian yang lebih pahit dari kematian alamiah. Dan, seseorang yang menghargai kehormatannya sendiri hendaknya meninggalkan kehidupan yang rendah dan tercela.
Dalam Islam, kita akan banyak mendapati ayat Alquran dan hadis Nabi SAW tentang keharusan berbuat jujur. Menurut Islam, seseorang yang adil jika punya kemampuan ilmiah, dia bisa menjadi hakim, gubernur, atau pemegang jabatan lain yang mengemban tanggung jawab di masyarakat.
Islam yang menghormati hak-hak kepemilikan, memberikan penilaian yang tinggi terhadap mereka yang memperoleh harta secara terhormat, dan dari hasil kerja keras serta memanfaatkannya untuk kemaslahan umat. Banyak hadis Nabi memuji sahabat beliau yang kaya raya, seperti Utsman bin Affan, Abdurahman bin Auf, dan Saad bin Abi Waqas. Nabi memuji mereka karena dengan meningkatnya kekayaan, kepedulian sosial mereka juga makin tinggi.
Allah berfirman, ''.... Dan janganlah kamu membelanjakan sesuatu melainkan karena mencari keridhaan Allah. Dan, apa saja harta yang baik yang kami nafkahkan, niscaya kamu akan diberi pahalanya dengan cukup, sedangkan kamu sedikit pun tidak akan dianiaya.'' (QS Albaqarah [2]: 272).
Menurut Islam, bukan harta yang menjadi penyebab timbulnya kejahatan, tapi keserakahan dan pendewaan akan harta. Ada orang yang mendapatkan harta dengan cara yang halal, ada juga yang mendapatkannya dengan jalan pintas dan menabrak semua rambu-rambu agama dan kepatutan.
Sesungguhnya, kita dapat menyaksikan perbedaan yang nyata antara dua orang; orang yang amin(dapat dipercaya) dan orang yang khain(pengkhianat). Orang yang aminadalah tempat kepercayaan dan penghormatan manusia, orang yang khainadalah pusat kemarahan dan penghinaan mereka.
Pemikir Islam, Sayid Jamaluddin Al-Afghani berkata, ''Adalah jelas diketahui bahwa kelangsungan jenis manusia didasarkan pada muamalat dan pertukaran manfaat kerja. Ruh keduanya adalah amanah.'' Mari kita berkaca!
Sumber