Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya : Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: "Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?" Tuhan berfirman: "Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui" (QS. Al-Baqarah 2 : 30)
Tugas manusia sebagai khalifah di bumi ini, selain tugas utamanya, yaitu beribadah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala, manusia Allah turunkan ke bumi dengan segala fasilitasnya yang telah Allah sediakan dan tentunya bukan untuk dipergunakan begitu saja, melainkan untuk dijaga, dilestarikan, dimanfaatkan keberadaannya.
@@@ Manusia Sebagai Khalifah Di Bumi - Pemimpin Dirinya Sendiri @@@
Manusia sebagai khlaifah di bumi artinya setiap manusia adalah khalifah, pemimpin bagi dirinya sendiri sebelum menjadi pemimpin saudaranya yang lain.
Sudahkah kita menjadi pemimpin diri kita sendiri ??? Dengan belajar mengontrol apa yang ada dipikiran kita, hati kita, tingkah laku dan sikap kita bagaimana seharusnya yang baik untuk ditampilkan, tanpa kita
sadari bahwa kita sedang memimpin diri kita sendiri.
Kita hidup di dunia akan selau dihadapkan pada dua pilihan, yaitu akan selalu berujung dengan baik atau buruk. Apakah itu bersangkutan dengan diri kita sendiri, alam ini, atau hubungan kita dengan saudara-saudara kita yang lainnya. Itulah kelebihan kita lainnya sebagai manusia, yaitu diberi-Nya pilihan.
Dengan akal manusia memiliki kebebasan berfikir dan kemampuan memilih yang menjadi dasar adanya pertanggungjawaban atas pilihannya.
@@@ Tugas Manusia Sebagai Khalifah Di Bumi @@@
Lalu, apa tugas kita manusia sebagai khalifah di bumi ??? Selain tugas manusia sebagai khalifah di bumi yang utama, yaitu beribadah kepada Sang Maha Pencipta, tugas yang lainnya manusia sebagai khalifah di bumi ini adalah menjaga alam dan isinya.
Manusia dilengkapi hidup dan kehidupannya denga akal dan kalbu. Dengan akal manusia bisa berpikir, mengembangkan alat dan teknologi untuk mempermudah hidup dan kehidupannya yang melahirkan sains dan teknologi.
Dengan kalbu manusia bisa mengembangkan hidupnya dengan tenggang rasa, solidaritas, cinta, kasih sayang, berbagi dan peduli dengan sesamanya yang melahirkan kolektivitas dan kebersamaan. Dengan kalbu, manusia dapat mengembangkan hidupnya dengan nilai keruhaniaan (spiritualitas) yang menyebabkannya dapat merasakan adanya kekuatan di luar dirinya (kekuatan supernatural). Singkatnya, akal dan kalbu melahirkan peradaban manusia yang komprehensif meliputi aspek intelektual, emosi, spiritual, ekonomi, dan sosial)
Manusia sebagai khalifah memiliki kedudukan sebagai "wakil Allah" yang bertugas untuk mengelola alam raya sebaik mungkin sesuai keinginan Allah sebagai pemberi amanah. Manusia dituntut untuk menciptakan harmoni, baik dengan Allah sebagai pemberi amanah, dengan alam sekitar sebagai objek yang diamanahkan, dan sesama manusia sebagai partner dalam menjalankan amanah tersebut.
Allah menciptakan manusia untuk menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi. Arti dari manusia sebagai khlaifah adalah manusia diciptakan oleh Allah untuk menjadi penguasa dan mengatur semua yang ada di bumi, mulai tumbuhan, hewan, sungai, air, hutan, laut, dan lain-lain. Alam yang telah memberi kita bahan untuk hidup, yang telah membuat kita merasa nyaman berada di bumi, harus kita jaga keberadaannya. Yaitu dengan menggunakan apa yang ada di alam secukupnya tanpa harus berlebihan.
Peran pertama manusia sebagai khalifah adalah al'imarah (memakmurkan bumi) dan peran kedua manusia sebagai khalifah adalah arri'ayah (menjaga bumi dari upaya perusakan yang datang dari semua pihak)
Manusia sebagai khalifah harus dapat memanfaatkan semua yang ada di muka bumi ini demi kemaslahatannya.
Tugas lain manusia sebagai khalifah di bumi adalah saling menyayangi dan menolong sesama saudaranya, sesama umat manusia. Allah menciptakan kita beragam bukan untuk saling menjatuhkan, atau saling bermusuhan melainkan untuk saling mengenal. Supaya kita bisa belajar antara satu sama lainnya. Karena itu jangan jadikan perbedaan yang ada sebagai alasan perpecahan.
Kita hidup di dunia ini butuh orang lain, antara satu sama lainnya saling ketergantungan. Tanamkan rasa toleransi, sayang menyayangi, dan senantiasa saling tolong menolong, serta selalu mengingatkan dalam kebaikan.
Selain itu, tugas manusia sebagai khalifah di bumi adalah memelihara bumi, termasuk di dalamnya memelihara akidah dan akhlak manusia yang berperan sebagai Sumber Daya Manusia, serta mencegah perbuatan jahiliyah (merusak dan menghancurkan alam).
Manusia yang mampu menjalankan hal-hal yang telah disebutkan tersebut, menandakan sunatullah yang menjadikan manusia sebagai khalifah di muka bumi sudah sungguh-sungguh dilaksanakan dengan baik oleh manusia itu, khususnya manusia yang beriman kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala dan Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam.
***
Dalam kerangka kehambaan dan kekhalifahan di atas, penciptaan potensi manusia, kebebasan dan pilihan bebas yang dimiliki manusia menjadi bermakna. Kehadiran Rasul dengan kitab suci dan misinya menjadi jelas manfaat dan kegunaannya. Masalahnya, terpulang kepada kesadaran manusia, akan diarahkan kemana hidup yang singkat ini ???
Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam. Amiin.
Sumber
Jumat, 13 Januari 2012
Mengapa Manusia Jadi Khalifah Di Bumi ?
Hati - Hati Terhadap Perbuatan Dzolim Kepada Sesama
Mendzolimi orang lain adalah menyakiti perasaan orang lain atau aniaya, mensia-siakan atau tidak menunaikan hak orang lain yang wajib ditunaikan.
Dzolim secara istilah mengandung pengertian "berbuat aniaya atau celaka terhadap diri sendiri atau orang lain dengan cara-cara bathil yang keluar dari jalur syari'at Agama Islam"
Allah Subhanahu Wa Ta'ala telah mengingatkan dalam Al-Qur'an bahwa setiap perbuatan yang kita lakukan akan mendapat balasan dari-Nya, sebagaimana firman-Nya dalam QS. Az-Zalzalah : 7-8, yang artinya : "Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan sebesar dzarah pun, niscaya dia akan melihat (balasan)-nya juga"
Lebih berbahaya lagi, apabila kita menyakiti seseorang dan orang tersebut tidak ikhlas, serta berdoa memohon kepada Allah, mengadukan kedzoliman yang menimpanya dan memohon pertolongan dan perlindungan dari Allah. Serta dalam doanya, ia menyatakan bahwa ia tidak ikhlas atas perbuatan dzolim yang dilakukan seseorang, maka tunggu saja, keadilan dari Allah, pasti akan mendatangi orang yang telah mendzoliminya, entah itu didunia ini atau diakhirat kelak.
***
Berikut beberapa ayat-ayat Al-Qur'an tentang larangan dan akibat dari perbuatan DZOLIM, Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya :
01. "Adapun orang-orang yang beriman dan mengerjakan amalan-amalan yang sholih, maka Allah akan memberikan kepada mereka dengan sempurna pahala amalan-amalan mereka; dan ALLAH TIDAK MENYUKAI orang-orang yang DZOLIM" (QS. Ali Imran 3 : 57)
02. "Dan balasan suatu kejahatan adalah kejahatan yang serupa, maka barang siapa memaafkan dan berbuat baik maka pahalanya atas (tanggungan) Allah. Sesungguhnya ALLAH TIDAK MENYUKAI orang-orang yang DZOLIM" (QS. Asy-Syuura 42 : 40)
03. "Mereka mempunyai TIKAR TIDUR dari API NERAKA dan di atas mereka ada SELIMUT (API NERAKA). Demikianlah Kami memberi BALASAN kepada orang-orang yang DZOLIM" (QS. Al-A'raaf 7 : 41)
04. "Dan penghuni-penghuni surga berseru kepada Penghuni-penghuni neraka (dengan mengatakan), Sesungguhnya kami dengan sebenarnya telah memperoleh apa yang Tuhan kami menjanjikannya kepada kami. Maka apakah kamu telah memperoleh dengan sebenarnya apa (azab) yang Tuhan kamu menjanjikannya (kepadamu)? Mereka (penduduk neraka) menjawab, Betul. Kemudian seorang penyeru (malaikat) mengumumkan di antara kedua golongan itu, KUTUKAN ALLAH ditimpakan kepada orang-orang yang DZOLIM" (QS. Al-A'raaf 7 : 44)
05. "Dan tidak adalah Tuhanmu membinasakan kota-kota, sebelum Dia mengutus di ibukota itu seorang rasul yang membacakan ayat-ayat Kami kepada mereka; dan tidak pernah Kami mem-BINASA-kan kota-kota; kecuali penduduknya dalam keadaan melakukan ke-DZOLIM-an" (QS. Al-Qashash 28 : 59)
06. "Dan sesungguhnya Kami telah mem-BINASA-kan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat ke-DZOLIMan.." (QS. Yunus 10 :13)
07. "Maka itulah rumah-rumah mereka dalam keadaan RUNTUH disebabkan ke-DZOLIM-an mereka. Sesungguhnya pada yang demikian itu PELAJARAN bagi kaum yang mengetahui" (QS. An-Naml 27 : 52)
08. "Sesungguhnya DOSA BESAR itu atas orang-orang yang berbuat DZOLIM kepada manusia dan melampaui batas di muka bumi tanpa hak. Mereka itu mendapat AZAB yang PEDIH" (QS. Asy-Syura : 42)
09. "Dan janganlah sekali-kali kamu (Muhammad) mengira, bahwa Allah lalai dari apa yang diperbuat oleh orang-orang yang DZOLIM. Sesungguhnya Allah memberi tangguh kepada mereka sampai hari yang pada waktu itu mata (mereka) terbelalak, mereka datang bergegas-gegas memenuhi panggilan dengan mangangkat kepalanya, sedang mata mereka tidak berkedip-kedip dan hati mereka kosong. Dan berikanlah peringatan kepada manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang AZAB kepada mereka, maka berkatalah orang-orang yang dzolim, "Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami (kembalikanlah kami ke dunia) walaupun dalam waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan mengikuti rasul-rasul. (Kepada mereka dikatakan), Bukankah kamu telah bersumpah dahulu (di dunia) bahwa sekali-kali kamu tidak akan binasa? Dan kamu telah berdiam di tempat-tempat kediaman orang-orang yang menganiaya diri mereka sendiri, dan telah nyata bagimu bagaimana Kami telah berbuat terhadap mereka dan telah Kami berikan kepadamu beberapa perumpamaan" (QS. Ibrahim : 42-45)
***
Berikut beberapa hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tentang larangan berbuat DZOLIM, yang artinya :
01. "(Meriwayatkan firman Allah 'Azza Wa Jalla berfirman,) Wahai hamba-hambaku, sesungguhnya Aku meng-HARAM-kan ke-DZOLIM-an atas diri-Ku dan Aku mengharamkannya pula atas kalian, maka janganlah kalian saling mendzolimi. Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri hidayah, maka mintalah hidayah itu kepada-Ku, niscaya kuberikan hidayah itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian lapar, kecuali orang-orang yang aku beri makan, maka mintalah makan kepada-Ku, niscaya Aku berikan makanan itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian adalah orang-orang tidak berpakaian, kecuali orang-orang yang telah Kuberi pakaian, maka mintalah pakaian kepada-Ku, niscaya Aku berikan pakaian itu kepadamu. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian senantiasa berbuat dosa di malam dan siang hari sedangkan Aku akan mengampuni semua dosa, maka mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni kalian semua. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian tidak dapat mendatangkan kemanfaatan bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian bermanfaat bagi-Ku. Wahai hamba-hambaKu, sesungguhnya kalian semua tidak akan dapat mendatangkan bahaya bagi-Ku sehingga tidak sedikit pun kalian dapat membahayakan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun jin, semuanya bertakwa dengan ketakwaan orang yang paling takwa di antara kalian, hal itu tidak menambah sedikit pun dalam Kerajaan-Ku. Wahai hamba-hambaKu, andaikan kalian semua dari yang awal sampai yang terakhir, baik dari bangsa manusia maupun bangsa jin, berdiri di atas satu dataran lalu meminta apa pun kepada-Ku, lalu aku penuhi semua permintaan mereka, hal itu sedikit pun tidak mengurangi kekayaan yang Aku miliki, hanya seperti berkurangnya air samudra ketika dimasuki sebatang jarum jahit (kemudian diangkat). Wahai hamba-hambaKu, semua itu perbuatan kalian yang Aku hitungkan untuk kalian, kemudian Aku membalasnya kepada kalian. Maka barangsiapa mendapatkan kebaikan, hendaklah ia memuji Allah, dan barangsiapa mendapatkan selain itu, hendaklah ia tidak mencela kecuali dirinya sendirinya" (HR. Muslim dari Abu Dzar Al-Ghifari ra.)
02. "Hendaklah kamu menolong saudaramu yang menganiaya dan yang teraniaya. Sahabat bertanya, Wahai Rasulullah, (benar) aku akan menolong apabila ia dianiaya, maka bagaimana cara menolongnya apabila ia menganiaya? Rasulullah menjawab, Engkau cegah dia dari (perbuatan) penganiayaan, maka yang demikian itulah berarti menolongnya" (HR. Bukhari dari Anas ra.)
03. "Tahukah kamu siapa yang bangkrut itu?. Mereka (sahabat) berkata, Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang. (Lalu) Rasulullah menjawab, Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang men-DZOLIM-i) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terdzolimi. Maka tatkala kebaikan (pahala) orang (yang mendzolimi) itu habis, sedang hutang (kedzolimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan (dosa) dari mereka (yang terdzolimi) untuk di berikan kepadanya (yang mendzolimi), kemudian ia (yang mendzolimi) dilemparkan kedalam neraka" (HR. Muslim No. 4678 dari Abi Hurairah ra., Al-Tirmidzi No. 2342, Ahmad No. 7686, Al-Thabarani No. 561)
04. "Ke-DZOLIM-an itu ada 3 macam : kedzoliman yang tidak diampunkan Allah, kedzoliman yang dapat diampunkan Allah, dan kedzoliman yang tidak dibiarkan oleh Allah. Adapun kedzoliman yang tidak diampunkan Allah adalah syirik, (Allah berfirman) "Sesunggahnya syirik itu kedzoliman yang amat besar! Adapun kedzoliman yang dapat diampunkan Allah adalah kedzoliman seseorang hamba terhadap dirinya sendiri di dalam hubungan dia terhadap Allah, Tuhannya. Dan Kedzoliman yang tidak dibiarkan Allah adalah ke-DZOLIM-an hamba-hambanya di antara sesama mereka, karena PASTI PASTI DITUNTUT KELAK OLEH MEREKA YANG DIDZOLIMI" (HR. Al-Bazaar dan Ath-Thayaalisy)
05. Apabila kita berbuat salah terhadap orang lain, kita harus segera minta maaf, selagi kita masih hidup dan untuk memperringan siksa di akhirat nanti. "Barangsiapa yang merasa pernah berbuat aniaya kepada saudaranya, baik berupa kehormatan badan atau harta atau lain-lainnya, hendaknya segera meminta halal (maaf)-nya sekarang juga, sebelum datang suatu hari yang tiada harta dan dinar atau dirham, jika ia punya amal sholih, maka akan diambil menurut penganiayaannya, dan jika tidak mempunyai hasanat (kebaikan), maka diambilkan dari kejahatan orang yang dianiaya untuk ditanggungkan kepadanya" (HR. Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah ra.)
06. "Takutlah kalian dari berlaku dzolim, sesungguhnya ke-DZOLIM-an adalah KEGELAPAN pada hari KIAMAT kelak" (HR. Muslim No. 4675, Ahmad No. 13973 dari Jabir bin Abdullah)
07. "Takutlah terhadap doa orang yang ter-DZOLIM-i, sesungguhnya tidak ada antara dia dan Allah Ta'ala tabir penghalang" (HR. Bukhari No. 1401, Muslim No. 27, Abu Daud No. 1351, Al-Tirmidzi No. 567, Al-Nasaai No. 2475 dari Ibnu Abbas ra.)
08. "Doa orang yang ter-DZOLIM-i pasti MAKBUL, kendatipun ia seorang yang fajir (pelaku maksiat), karena kefajiran tersebut untuk dirinya sendiri" (HR. Ahmad No. 8440, hadist hasan, dari Abu Hurairah ra.)
09. "Tidaklah seorang hamba diberikan amanah oleh Allah Ta'ala untuk mengurus rakyatnya, kemudian mati dalam keadaan menipu rakyatnya tersebut, melainkan Allah akan mengharamkan baginya surga pada hari kiamat kelak" (HR. Muslim No. 6618 dari Ma'qil Ibnu Yasar)
10. "Siapa yang mengambil hak orang lain walau sejengkal tanah akan dikalungkan hingga tujuh petala bumi" (HR. Bukhari dan Muslim dari 'Aisyah ra.)
11. "Akan terjadi sepeninggalku sifat monopoli (mementingkan diri sendiri) dan beberapa kemungkaran" Sahabat bertanya, "Ya Rasulullah, bagaimana pesan tuan kepada kami menghadapi hal itu? Rasulullah bersabda, Tunaikanlah kewajibanmu dan mintalah kepada Allah untuk mendapatkan hakmu" (HR. Bukhari dan Muslim)
12. Olehnya, hendaklah orang-orang yang berpikir mengambil i'tibar (pelajaran). Tindakan dzolim pada orang lain, pasti akan mendapat balasan yang setimpal dari Allah yang selalu membela kaum lemah dan tertindas. Dan Dia maha berkuasa atas segala sesuatu. "Sungguh pada hari kiamat kelak akan ditunaikan (dikembalikan) semua hak-hak kepada pemiliknya, hingga kambing yang bertanduk pun akan digiring (pada hari itu) dan diputuskan lantaran pernah menyeruduk kambing yang tak bertanduk, (baru setelah itu mereka dikembalikan menjadi tanah)" (HR. Muslim)
***
Kenapa sesama muslim tidak boleh berbuat DZOLIM ???Berikut beberapa hadits Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam, yang artinya :
01. "Seorang muslim adalah saudara bagi muslim lainnya. Dia tidak men-DZOLIM-inya dan menelantarkannya. Barangsiapa mengurusi hajat saudaranya, Allah akan mengurusi hajatnya. Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dari seorang muslim, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di antara kesusahan-kesusahan di hari kiamat. Dan barangsiapa menutupi (aib) seorang muslim Allah akan menutup (aib)-nya di hari kiamat" (HR. Bukhari dan Muslim)
02. "Lima hal termasuk sunah para Rasul, pemalu, murah hati, berbekam (hijamah), dan memakai wangi-wangian" (HR. Tirmidzi) Murah hati juga merupakan tiang akal. Karenanya, orang yang memberikan kasih sayang akan dikasihi.
03. "‘Tidaklah sempurna keimanan salah seorang di antaramu sehingga ia mencintai saudaranya sebagaimana ia mencintai dirinya sendiri"’ (HR. Bukhari dan Muslim)
04. ‘"Empat HAK bagi kaum muslim kepadamu, 1) membantu orang yang berbuat baik di antara mereka; 2) memohonkan ampunan bagi orang yang berbuat dosa diantara mereka; 3) mencintai orang yang bertobat di antara mereka; 4) TIDAK MENYAKITI seorang pun di antara kaum muslim dengan PERBUATAN atau PERKATAAN" (HR. Dailami)
05. "Allah berfirman, Aku adalah yang Maharahman dan ini adalah rahim (sanak keluarga). Aku ambilkan nama rahim ini dari nama-Ku (yaitu Rahman dan Rahim). Barangsiapa yang menyambungnya (silaturahim), Aku pasti menyambungnya dan barangsiapa yang memutuskannya maka Aku akan menghancurkannya" (HR. Bukhari dan Muslim)
Setelah kita mengetahui bahayanya perbuatan dzolim yang dapat membuat kita menjadi seorang hamba yang bangkrut di akhirat kelak, marilah kita selalu menjaga diri kita, agar tidak berbuat dzolim terhadap sesama.
Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam. Amiin.
Sumber
Menunaikan Amanah
Riwayat yang dikemukakan oleh Ali bin Abi Thalib ra. menceritakan, pada suatu hari ketika Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam sedang duduk-duduk bersama beberapa orang sahabat, datang seseorang yang dilihat dari penampilannya berasal dari kawasan perbukitan. Setelah mengucapkan salam dan dijawab oleh semua yang hadir, orang itu tanpa basa-basi lagi bertanya, Wahai Rasulullah, terangkan kepada saya, apakah ketetapan agama yang paling ringan dan ketetapan apa pula yang paling berat. Dengan senyum Rasulullah menjawab, Yang paling ringan adalah mengucapkan dua kalimat syahadat. Sedangkan yang paling berat wahai saudaraku, ialah amanah. Tidak beragama dengan benar, orang yang tidak menjaga amanah; tidak diterima dari orang itu sholatnya dan zakatnya" (HR. Al-Bazar)
"Semua majelis itu merupakan amanah kecuali 3 hal. Yaitu majelis penumpahan darah, majelis hubungan badan yang diharamkan dan majelis pelanggaran terhadap harta orang lain" (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Amanah adalah kata yang sering dikaitkan dengan kekuasaan dan materi. Namun sesungguhnya kata amanah tidak hanya terkait dengan urusan-urusan seperti itu. Secara syar'i, amanah bermakna, menunaikan apa-apa yang dititipkan atau dipercayakan.
Sesungguhnya amanah adalah memiliki nilai yang sangat besar di dalam agama Allah. Oleh karena itu ada perintah untuk mewujudkan dan memperhatikannya. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya :
"..Jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain, maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya.." (QS. Al-Baqarah 2 : 283)
"Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kamu menetapkan dengan adil. Sesungguhnya Allah memberi pengajaran yang sebaik-baiknya kepadamu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Melihat" (QS. An-Nisaa' 4 : 58)
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul (Muhammad) dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui (akibat pengkhianatan itu)" (QS. Al-Anfaal 8 : 27)
Amanah adalah tuntutan iman. Dan khianat adalah salah satu ciri kekafiran.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Tiada iman pada orang yang tidak menunaikan amanah; dan tiada agama pada orang yang tidak menunaikan janji" (HR. Ahmad dan Ibnu Hibban)
Barangsiapa yang hatinya kehilangan sifat amanah, maka ia akan menjadi orang yang mudah berdusta dan khianat. Dan barangsiapa yang mempunyai sifat dusta dan khianat, dia berada dalam barisan orang-orang munafik.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Tanda orang-orang munafik itu ada tiga keadaan. Pertama, apabila berkata-kata ia berdusta. Kedua, apabila berjanji ia mengingkari. Ketiga, apabila diberikan amanah (kepercayaan) ia mengkhianatinya" (HR. Bukhari dan Muslim)
Islam mendidik para pemeluknya dengan watak yang terbaik, prilaku yang paling bagus, akhlak yang paling mulia dan perangai yang paling luhur.
Islam mengontrol setiap pemeluknya agar senantiasa memiliki jiwa yang mulia, hati yang hidup dan nurani yang tanggap. Sehingga hak-hak bisa dilindungi, amal-amal bisa dijaga dan tanggung jawab bisa dipelihara.
Oleh karena itu agama Islam mendidik umatnya agar senantiasa menjaga amanah. Islam mewajibkan setiap muslim menjadi orang yang bersih dan bisa dipercaya.
Seorang muslim harus selalu menjaga kehormatan diri dan integritasnya, serta menghadirkan dirinya dari kecurangan dan pengkhianatan.
Renungkanlah betapa pentingnya amanah dan betapa berat tanggung jawabnya.
Sesungguhnya amanah di dalam syari'at Allah memiliki makna yang sangat besar dan pengertian yang sangat luas. Ia mencakup beragam makna yang secara global ialah perasaan seorang muslim akan resiko yang dihadapinya dan kesiapannya untuk melaksanakan tanggung jawabnya dalam segala urusan yang diserahkan dan dibebankan kepadanya, baik urusan agama maupun dunia.
Serta keyakinannya yang mantap bahwa dirinya akan ditanya tentang hal itu di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Sehingga ia pun melaksanakan segala sesuatu yang dibebankan kepadanya dengan sebaik-baiknya, baik menyangkut hak-hak Allah mupun hak-hak sesama manusia.
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, yang artinya : "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawaban terhadap kepemimpinannya. Seorang lelaki menjadi pemimpin dalam keluarganya, seorang wanita menjadi pemimpin di rumah suami dan anak-anaknya. Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap kalian akan diminta pertanggungjawaban atas kepemimpinannya" (HR. Bukhari)
"Wahai Rasulullah jadikanlah saya sebagai pemimpin, maka Rasulullah menepuk pundaknya sambil berkata, Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau orang yang lemah dan kepemimpinan itu adalah amanah, dia di hari kiamat nanti merupakan penyesalan dan kesedihan, kecuali yang mengambilnya dengan haknya dan menunaikan semua kewajiban di dalamnya" (HR. Muslim)
Bertakwalah kepada Allah Subhanahu Wa Ta'ala di dalam menjaga amanah. Ketahuilah bahwa kita semua memikul amanah di muka bumi. Setiap orang memiliki tugas dan tanggung jawab masing-masing. Dan kita semua akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah Subhanahu Wa Ta'ala atas amanah tersebut.
Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman, yang artinya : "Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya" (QS. Al-Israa' 17 : 36)
Maha Suci Engkau ya Allah, Tuhan Segala Kemuliaan. Curahkanlah rahmat dan keselamatan kepada junjungan kami Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam, juga kepada para keluarga dan sahabatnya. Segala puji bagi Allah Subhanahu Wa Ta'ala, Tuhan semesta Alam. Amiin.
Sumber