Siang itu di kota Mekah panasnya begitu terik. Ummu Kultsum berjalan sambil menundukkan kepala untuk melindungi matanya dari debu yang mengepul. Dia hendak berbelanja keperluan sehari-harinya di pasar.
Tiba-tiba dia dikejutkan oleh kerumunan orang-orang yang sedang memukuli seorang pria.
“Dasar pengikut Muhammad, berani-beraninya kau berkeliaran di kota ini,” kata salah seorang dari kerumunan itu sambil menghujamkan kakinya ke dada pria malang tersebut.
“Laa…ilaha illallaah…!” ucap pria malang itu.
“Hey! Kembalilah pada Tuhan kami Lata dan Uza, maka kami akan mengampunimu!”
“Demi Alloh sekalipun kalian membunuhku, aku hanya akan menyembah Alloh! Laa…ilaha illallaah!” kata pria itu.
Maka pukulan dan tendangan pun kembali menderanya. Ummu Kultsum tidak kuasa melihat kejadian itu. Dia pun memanjatkan doa:
“Ya Alloh, berilah kekuatan kepada pria malang ini. Semoga Engkau melindunginya!”
Kemudian karena tidak tahan, Ummi Kultsum pun cepat-cepat meninggalkan tempat tersebut.
Beberapa hari kemudian Ummu Kultsum kembali bertemu dengan pria yang dianiaya tersebut. Dia lalu mendekatinya.
“Wahai insan yang dilindungi Alloh! Mengapa kau tidak ikut berhijrah ke Madinah bersama Rasulullah saw? Sementara orang-orang di kota ini tidak akan membiarkan kau menyembah Alloh?” tanya Ummu Kultsum.
Pria itu menatapnya dengan heran, “Apakah kau seorang muslimah?”
“Ya, saya juga pengikut Muhammad!” jawab Ummu Kultsum.
“Sebenarnya saya ingin pergi ke Madinah. Tapi aku hanyalah orang miskin. Aku tidak punya unta untuk membawaku ke sana. Sedangkan untuk berjalan kaki, aku pasti tidak sanggup. Kau tahu kan, jarak Mekah ke Madinah begitu jauh!” katanya.
“Aku memiliki dua ekor unta. Aku akan memberikannya satu untukmu. Asalkan aku boleh ikut berhijrah ke Madinah!” kata Ummu Kultsum.
“Subhanallah! Terima kasih atas pertolongan-Mu ya Alloh!” ujar pria itu dengan terharu.
“Lalu kapan kita akan berangkat dan dimana kita akan bertemu! Sungguh berbahaya bagimu seandainya keluargamu tahu tentang hal ini.”
“Aku akan menemuimu tengah malam nanti di Bani Tan’im” kata Ummu Kultsum sambil cepat-cepat meninggalkan pria itu.
Malamnya, pria itu menunggu dengan tidak sabar kedatangan Ummu Kultsum. Kemudian dilihatnya dua ekor unta yang dituntun seorang wanita berjalan menuju ke arahnya. Dengan gembira dihampiinya wanita itu yang ternyata adalah Ummu Kultsum.
“Alhamdulillah, ternyata Alloh melindungimu,” ucapnya lega. Mereka bergegas menaiki untanya dan memulai perjalanan mereka ke Madinah.
Sementara itu Imarah dan Walid kakak dari Ummu Kultsum , terkejut ketika keesokan harinya mereka menemukan kamar tidur adiknya telah kosong. Mereka mencarinya kemana-mana, namun hingga siang hari pun adik mereka tidak ditemukannya.
Seseorang berkata: “Wahai Imarah, bukankah adikmu telah pergi menyusul Muhammad ke Madinah?”
“Tidak mungkin!” pikir mereka.
“Apakah adikku sudah mengikuti agama Muhammad? Kalau begitu kita harus segera mengejarnya! Kita harus menyeretnya pulang! Jangan sampai dia tiba di Madinah.”
Mereka berdua segera memacu kuda mereka menuju Madinah.
Sementara itu Ummu Kultsum dan pria tersebut telah tiba di Madinah dan disambut dengan baik oleh Rasulullah saw. Namun kegembiraan itu terusik ketika kedua kaka Ummu Kultsum tiba dan dengan marah meminta supaya Rasulullah saw menyerahkan adik mereka.
“Wahai Rasulullah, janganlah kau serahkan aku kepada mereka. Sesungguhnya aku telah memeluk agama Islam sedangkan mereka belum,” pinta Ummu Kultsum.
Sejenak Rasul ragu karena menurut perjanjian Hudaibiyah, orang-orang yang berhijrah harus dikembalikan. Sementara pantang bagi Rasulullah saw untuk mengingkari janji. Itulah memang seharusnya akhlak seorang Muslim.
Kemudian turunlah wahyu Alloh:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila datang berhijrah kepadamu perempuan-perempuan yang beriman, maka hendaklah kamu uji (keimanan) mereka, Alloh telah mengetahui tentang keimanan mereka; maka jika kamu telah mengetahui bahwa mereka (benar-benar) beriman maka janganlah kamu kembalikan mereka kepada (suami-suami mereka) orang-orang yang tidak beriman kepada-KU. Mereka tidak halal baginya dan orang-orang yang tidak beriman itu tidak halal bagi mereka. Dan berikanlah kepada (suami-suami) mereka mahar yang telah mereka bayar. Dan tiada dosa atasmu untuk mengawini mereka apabila kamu bayar kepada mereka maharnya. Dan jangalha kamu tetap berpegang pada tali perkawinan dengan perempuan-perempuan yang tidak beriman, maka hendaklah kamu minta mahar yang telah kamu bayar, dan hendaklah mereka meminta mahar yang telah mereka bayar. Demikianlah hukum Alloh yang ditetapkan-Nya di antara kamu. Dan Alloh Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana.” (al – Mumtahanah; 10)
Rasululloh berpaling kepada Ummu Kultsum dan bertanya, “Wahai Ummu Kultsum, apakah benar hijrahmu ke Madinah ini karena engkau mencintai Alloh dan Rasul-Nya?”
“Benar, ya Rasulullah!” jawab Ummu Kultsum.
“Apakah hijrahmu ini bukan karena cintamu kepada harta dan keluargamu?” tanya Rasululloh lagi.
“Benar, ya Rasulullah!” jawab Ummu Kultsum.
Rasululloh menganggukan kepalanya dan berkata kepada Imarah, ”Wahai Imarah, saya tidak akan mengembalikan Ummu Kultsum kepadamu. Dia sudah memilih Alloh dan Rasul-Nya!”
Maka kedua kakak Ummu Kultsum kembali ke Mekah sementara Ummu Kultsum tetap tinggal di Madinah bersama para Muslimah lainnya.
Sumber
Kamis, 01 Desember 2011
Ummu Kultsum, Wanita Yang Membawa 2 Unta
Langganan:
Postingan (Atom)