:: Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh :: Selamat datang di website resmi Masjid Amal Bakti - Puncak Sekuning - Palembang :: Semoga isi dari website ini bisa bermanfaat untuk kita semua :: Terima kasih atas kunjungannya :: Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh ::
===========================================================
===========================================================

Jumat, 30 Desember 2011

Pengkhianatan Yang Menjijikkan


Zakat berarti bersih, berkah, tumbuh, dan berkembang. Artinya, setiap orang yang berzakat dari harta yang didapatkannya secara halal dan benar, dipastikan akan bersih, berkah, tumbuh, dan berkembang. Hal ini sejalan dengan firman Allah SWT dalam QS Attaubah: 103.

"Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan serta menyucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."

Juga, firman-Nya dalam QS Arruum: 39. "Dan sesuatu riba (tambahan) yang kamu berikan agar dia bertambah pada harta manusia, maka riba itu tidak menambah pada sisi Allah. Dan apa yang kamu berikan berupa zakat yang kamu maksudkan untuk mencapai keridaan Allah, maka (yang berbuat demikian) itulah orang-orang yang melipatgandakan (pahalanya)."

Zakat ditetapkan berdasarkan nas-nas Alquran dan Hadis Nabi yang bersifat qath'i sehingga kewajibannya bersifat mutlak dan sepanjang masa. Yusuf al-Qaradhawi menyatakan, zakat adalah kewajiban yang bersifat tetap dan terus-menerus. Ia akan berjalan terus selama Islam dan kaum Muslimin ada di muka bumi ini. Kewajiban tersebut tidak dapat dihapuskan oleh siapa pun.

Seperti halnya shalat, zakat merupakan tiang agama dan pokok ajaran Islam. Ia merupakan ibadah taqarrub kepada Allah. Maka itu, diperlukan keikhlasan saat menunaikannya. Zakat juga merupakan ibadah utama dalam rangka meningkatkan kesejahteraan umat.

Sementara itu, pajak keberadaannya sangat bergantung pada kebijakan pemerintah. Di negara kita, hukum pajak bersumber pada UUD 1945 dan undang-undang turunannya, seperti UU No 17 Tahun 2000 tentang Perubahan Ketiga atas UU No 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan.

Tentu saja, selain memiliki kewajiban membayar zakat, setiap Muslimin juga berkewajiban membayar pajak. Seperti dikemukakan dalam UU No 38 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Zakat Bab IV Pasal 14 ayat (3) bahwa zakat yang telah dibayarkan kepada badan atau lembaga amil zakat dikurangkan dari laba (pendapatan) sisa kena pajak dari wajib pajak yang bersangkutan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku. Meskipun antara zakat dan pajak terdapat perbedaan yang bersifat prinsip, keduanya merupakan harta amanah yang harus disalurkan tepat sasaran dan sesuai ketentuan.

Amil zakat yang menyelewengkan dana zakat, berdosa besar kepada Allah SWT dan khianat kepada sesama manusia. Dan, petugas pajak yang menyelewengkan dana pajak untuk memperkaya diri sendiri merupakan orang yang berbuat dosa besar di sisi Allah SWT. Hal tersebut adalah pengkhianatan yang sangat menjijikkan.

Kasus manipulasi pajak yang melibatkan oknum para penegak hukum merupakan sebuah bentuk pengkhianatan yang pelakunya harus dihukum sangat berat. Sehingga, hukuman itu memiliki efek jera agar pelakunya tidak melakukannya kembali. Wa Allahu A'lam.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Manusia Paling Ajaib


Periode yang paling membanggakan dalam konteks perkembangan Islam adalah zaman ketika Baginda Nabi Muhammad SAW masih hidup. Saat itulah bermunculan para pembela Islam sejati, para sahabat paling setia, para penjaga Alquran paling tepercaya, dan para syuhada paling menakjubkan. Itulah pencapaian paling agung yang lahir berkat kepemimpinan Nabi SAW yang agung.

Mengenai ini, banyak hadis, atsar, serta laporan para sahabat dan tabiin yang saleh sampai kepada kita. Bahkan, Nabi SAW kerap kali membanggakan para sahabatnya: orang-orang saleh yang juga menjadi kebanggaan kita semua. Kalau para sahabat memiliki tingkat keimanan yang menjulang, boleh jadi akan ada yang berdalih bahwa itu semata karena 'tangan' Rasulullah yang selalu menebarkan berkah.

Rasulullah, para malaikat, para penghuni langit, serta segenap makhluk hidup memang membanggakan mereka. Karena itu, kita selalu berharap mendapatkan keberkahan ketika menyebut nama Baginda Rasulullah serta para sahabatnya.

Lalu, apakah dengan demikian telah hilang peluang bagi kita untuk merasa 'dekat' dengan Rasulullah supaya kita bisa merasakan manisnya keimanan? Sekali waktu, Rasulullah memberi penjelasan kepada para sahabatnya soal golongan manusia yang beliau sebut sebagai saudara terkasih dan terus ditunggu oleh beliau.

Mereka lalu bertanya, bukankah mereka adalah para sahabat terdekat beliau dan karena itu merupakan saudara-saudara terkasihnya? Rasulullah menyangkal para sahabat sambil menjawab, mereka semua adalah sahabat-sahabat terbaik dan terdekatnya. Namun, mereka bukanlah para saudara terkasih yang tengah ditunggu-tunggu dan dirindukannya.

Rasulullah lalu menjelaskan bahwa keimanan 'saudara terkasih' itu sangat menakjubkan dibandingkan kualitas keimanan makhluk lainnya. Keimanan mereka berbeda dengan keimanan para malaikat, tidak sama dengan keimanan para nabi dan rasul, serta berbeda dengan keimanan para sahabat Rasulullah.

Keimanan para malaikat tentu menakjubkan karena mereka mengelola dinamika alam semesta sesuai perintah Allah. Keimanan para nabi dan rasul juga menakjubkan karena mereka selalu berurusan dengan para malaikat yang mulia. Dan, keimanan para sahabat tentu juga menakjubkan karena mereka menyaksikan mukjizat dan bergaul dengan Rasulullah.

"Akan tetapi, keimanan manusia yang paling menakjubkan adalah mereka yang datang setelahku, lalu beriman kepadaku. Mereka tidak menyaksikanku, tetapi membenarkan kenabian dan kerasulanku. Merekalah saudara-saudaraku." Hadis ini diriwayatkan oleh sahabat, Ibnu Abbas RA.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Virus Penghancur Kekuasaan


Kita sering menggunakan ataupun mendengar kata adil dan zalim yang terkadang dikaitkan dengan perilaku penguasa. Adil merupakan kemampuan untuk meletakkan sesuatu pada tempatnya tanpa mengurangi hak yang lain, sedangkan zalim sebaliknya.

Perilaku seseorang akan selalu berada dalam dua posisi ini: adil atau zalim. Tidak ada satu pun manusia biasa yang akan mampu berlaku adil 100 persen. Tapi, ini bukanlah pembenaran bahwa kezaliman merupakan suatu hal yang lazim.

Lantas, seberapa eratkah hubungan antara keadilan atau kezaliman dengan kekuasaan? Jawabannya: sangat erat. Keadilan merupakan kunci keberlangsungan suatu kekuasaan, dan sebaliknya, kezaliman merupakan virus utama yang menghancurkan kekuasaan itu.

Al-Ghassani, seorang ahli sejarah Arab klasik mengatakan, ''Kekuasaan bisa bertahan dalam kekafiran, tapi tidak akan bertahan dalam kezaliman.'' Untuk melihat kebenaran kata hikmah ini, ada baiknya kita melihat bukti-bukti sejarah mengenai jaya dan runtuhnya suatu kekuasaan.

Menjelang jatuhnya kekuasaan Abbasiyah di Baghdad, ada beberapa fakta sejarah yang perlu kita renungkan. Pada saat itu, terjadi kesenjangan yang besar antara orang-orang di lingkaran kekuasaan dan rakyat jelata.

Kelompok pertama hidup sangat mewah, sedangkan kelompok kedua hidup dalam kondisi yang memprihatinkan. Disebutkan, pada saat itu, ulama yang paling hebat hanya berpendapatan 12 dinar per bulan, sedangkan pendapatan rakyat jelata jauh lebih rendah. Akan tetapi, 'Alauddin al-Zhahiri, salah seorang staf kerajaan, berpendapatan 300 ribu dinar dan rumahnya termasuk yang termewah di Baghdad.

Yang juga mencengangkan, Khalifah al-Mustanshir, dalam pesta pernikahannya, memberikan hadiah 100 ribu dinar. Pada pesta pernikahannya pula, Khalifah al-Musta'shim memberikan hadiah 300 ribu dinar. Pendapatannya per tahun mencapai lebih dari 500 ribu dinar. Sebuah jumlah yang sangat fantastis jika dibandingkan pendapatan sehari-hari rakyat jelata.

Bisa dikatakan bahwa pada saat itu, harta negara sebagian besar hanya berputar di kalangan kaum elite, entah itu untuk keperluan berbagai macam pesta,hadiah, ataupun fasilitas pribadi. Tak perlu diragukan lagi, ini merupakan suatu kezaliman.

Berdasarkan kata-kata al-Ghassani di atas, kehancuran Khalifah Abbasiyah merupakan suatu keharusan. Setiap perilaku yang bertentangan dengan asas keadilan akan tersingkir, sebab dunia ini berjalan berdasarkan asas keadilan. Kita perlu berkaca, betapa banyak pemimpin yang jatuh atau dijatuhkan akibat ketidakadilan mereka dalam menjalankan amanat.

Sumber

Baca Selengkapnya......