:: Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh :: Selamat datang di website resmi Masjid Amal Bakti - Puncak Sekuning - Palembang :: Semoga isi dari website ini bisa bermanfaat untuk kita semua :: Terima kasih atas kunjungannya :: Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh ::
===========================================================
===========================================================

Kamis, 05 April 2012

Subhanallah, Inilah Mukjizat Alquran tentang Garis Edar Tata Surya


Menurut Ilmu Astronomi, matahari bergerak dengan kecepatan luar biasa yang mencapai 720 ribu km per jam ke arah bintang Vega dalam sebuah garis edar yang disebut Solar Apex.

Ini berarti bahwa matahari bergerak sejauh kurang lebih 17.280.000 kilometer dalam sehari. Bersama matahari, semua planet dan satelit dalam sistem gravitasi matahari juga berjalan menempuh jarak ini. Selanjutnya, semua bintang di alam semesta berada dalam suatu gerakan serupa yang terencana.

Sebagaimana komet-komet lain di alam raya, komet Halley, sebagaimana terlihat di atas, juga bergerak mengikuti orbit atau garis edarnya yang telah ditetapkan. Komet ini memiliki garis edar khusus dan bergerak mengikuti garis edar ini secara harmonis bersama-sama dengan benda-benda langit lainnya.

Menurut Harun Yahya, terdapat sekitar 200 miliar galaksi di alam semesta yang masing-masing terdiri dari hampir 200 bintang. Sebagian besar bintang-bintang ini mempunyai planet, dan sebagian besar planet-planet ini mempunyai bulan.

Semua benda langit tersebut bergerak dalam garis peredaran yang diperhitungkan dengan sangat teliti. Selama jutaan tahun, masing-masing seolah "berenang" sepanjang garis edarnya dalam keserasian dan keteraturan yang sempurna bersama dengan yang lain. Selain itu, sejumlah komet juga bergerak bersama sepanjang garis edar yang ditetapkan baginya.

Semua benda langit termasuk planet, satelit yang mengiringi planet, bintang, dan bahkan galaksi, memiliki orbit atau garis edar mereka masing-masing. Semua orbit ini telah ditetapkan berdasarkan perhitungan yang sangat teliti dengan cermat. Yang membangun dan memelihara tatanan sempurna ini adalah Allah, Pencipta seluruh sekalian alam.

Garis edar di alam semesta tidak hanya dimiliki oleh benda-benda angkasa. Galaksi-galaksi pun berjalan pada kecepatan luar biasa dalam suatu garis peredaran yang terhitung dan terencana. Selama pergerakan ini, tak satupun dari benda-benda angkasa ini memotong lintasan yang lain, atau bertabrakan dengan lainnya. Bahkan, telah teramati bahwa sejumlah galaksi berpapasan satu sama lain tanpa satu pun dari bagian-bagiannya saling bersentuhan.

Fenomena itu telah disebutkan dalam Alquran sejak abad ke-7 M. Padahal, pada zaman itu manusia tidak memiliki teleskop ataupun teknologi canggih untuk mengamati ruang angkasa berjarak jutaan kilometer, tidak pula pengetahuan fisika ataupun astronomi modern. Dalam Alquran disebutkan matahari dan bulan masing-masing bergerak dalam orbit atau garis edar tertentu.

Simak firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya [21] ayat 33: ''Dan Dialah yang telah menciptakan malam dan siang, matahari dan bulan. Masing-masing dari keduanya itu beredar di dalam garis edarnya."

Disebutkan pula dalam surah Ya Sin [36] ayat 38: ''Dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.''

Menurut Alquran, keseluruhan alam semesta yang dipenuhi oleh lintasan dan garis edar: "Demi langit yang mempunyai jalan-jalan." (QS Az-Zariyat [51]:7)

Maha Benar Allah SWT dengan Segala Firmannya.

Sumber

Baca Selengkapnya......

Dosa Pemimpin


Suatu hari sahabat Abu Dzar al-Ghiffari memohon kepada Rasulullah SAW untuk mengabdikan diri sebagai pemimpin di daerah seperti sahabat lainnya. Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau hendak menggunakan (jasa)-ku?”

Namun, Rasulullah SAW yang mengetahui karakter para sahabatnya mengetahui bahwa Abu Dzar tidak cocok untuk menjadi seorang pemimpin. “Wahai Abu Dzar, engkau itu lemah (dalam kepemimpinan), dan kepemimpinan itu ialah amanah dan akan menjadi kehinaan serta penyesalan pada Hari Kiamat.”

Sungguh, Rasulullah SAW tidak meragukan kesalehan dan ketakwaan Abu Dzar al-Ghiffari, tetapi ia hendak mengingatkan akan bahaya menjadi pemimpin tanpa mampu menjalankan amanah yang diembannya. Karena, pemimpin tidak hanya bertanggung jawab kepada rakyatnya, tapi dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah SWT.

Jika seorang pemimpin mampu menunaikan amanah dengan baik, memberikan hak-hak bagi orang yang dipimpinnya, dan berbuat adil kepada diri, keluarga, dan rakyatnya, ia termasuk orang yang paling dicintai Allah dan mendapatkan naungan dari sisi-Nya pada Hari Kiamat. “Sehari menjadi pemimpin yang adil, lebih baik daripada beribadah selama 60 tahun.” (HR Ahmad).

Sebaliknya, jika seorang pemimpin tidak adil, mengabaikan tanggung jawabnya terhadap rakyat, dan hanya berpihak kepada diri, keluarga, dan kelompoknya, ia akan menyesalinya pada Hari Kiamat. “Barang siapa yang menjadi pemimpin (hanya) bagi 10 orang atau lebih, Allah akan mendatangkannya dengan tangan terbelenggu pada lehernya pada Hari Kiamat, ia akan dibebaskan oleh kebaikannya atau dikencangkan dosanya, awalannya ialah kesalahan, pertengahannya penyesalan, dan akhirannya kehinaan pada Hari Kiamat.” (HR Ahmad).

Dosa seorang pemimpin tidak bisa disamakan dengan dosa manusia biasa karena dosa pemimpin berdampak luas dan merugikan orang-orang yang dipimpinnya. Pemimpin yang menyalahgunakan wewenang, membiarkan kezaliman, dan menelantarkan orang-orang yang tidak mampu, akan dibalas oleh Allah dengan kehinaan dan siksaan yang pedih. Oleh karena itu, para pemimpin umat Islam terdahulu selalu memikirkan tentang penderitaan rakyatnya karena merasa takut akan perbuatan dosa yang nanti akan dipertanggungjawabkan di sisi Allah.

Karenanya, sungguh sangat mengherankan jika seorang pemimpin hanya mengkhawatirkan keselamatan diri dan keluarganya dari rongrongan rakyat atau lawan-lawan politiknya, sementara ia menelantarkan rakyatnya dalam jeratan kemiskinan. Umar bin Khattab RA pernah merinding ketakutan akan posisinya pada Hari Kiamat hanya karena mengkhawatirkan seekor keledai yang tak bisa makan. “Andaikan seekor keledai terjerembap di daerah Irak, niscaya Allah kelak akan menanyakan pertanggungjawabanku, mengapa engkau tidak meratakan jalannya?”

Seandainya setiap pemimpin lebih mengkhawatirkan kedudukannya di sisi Allah dibanding jabatan dan kekuasaannya saat ini, ia akan senantiasa mendengarkan dan memperhatikan kebutuhan rakyatnya. Sekecil apa pun kesalahan pemimpin terhadap rakyatnya, akan menjadi penyesalan, kehinaan, dan azab baginya pada Hari Kiamat. Wallahu ‘alam.

Sumber

Baca Selengkapnya......