:: Assalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh :: Selamat datang di website resmi Masjid Amal Bakti - Puncak Sekuning - Palembang :: Semoga isi dari website ini bisa bermanfaat untuk kita semua :: Terima kasih atas kunjungannya :: Wassalamu'alaikum Warrahmatullahi Wabarakatuh ::
===========================================================
===========================================================

Senin, 19 September 2011

Menghargai Pemulung


Siapa yang mau menjadi pemulung? Tak banyak yang mengidamkan cita-cita itu. Sebab, sebagian besar beranggapan bekerja sebagai pemulung barang bekas dan sampah bukanlah pilihan, melainkan suatu 'keterpaksaan' hidup. Nasib kurang beruntunglah yang mengantarkan seseorang menjadi pemulung. Bagaimanapun, memulung adalah suatu pekerjaan, dan bekerja adalah ibadah.

Dengan bekerja, seseorang bisa melangsungkan eksistensi kehidupannya dan mencukupi keperluannya. Lebih dari itu, seseorang bisa tenang beribadah kepada Tuhannya manakala kebutuhannya terpenuhi. Suatu hari, saat Rasulullah SAW sedang duduk-duduk bersama para sahabat, lewat seorang lelaki pemulung berpakaian kumal. Mereka bertanya, ''Wahai Rasulullah, apakah yang semacam ini juga termasuk fi sabilillah (di jalan Allah)?''

Nabi pun bersabda, ''Sekiranya dia melakukan hal ini demi menghidupi anak-anaknya yang masih kecil, maka dia di jalan Allah. Kalaupun dia melakukan hal ini demi menghidupi kedua orang tuanya yang sudah renta, maka dia pun di jalan Allah. Dan, jika dia melakukannya untuk dirinya sendiri demi menjaga kehormatannya agar tidak meminta-minta, maka dia juga di jalan Allah.'' (HR Ath-Thabarani).

Subhanallah! Begitu mengenanya sabda Nabi ini. Betapa banyak di antara kita yang sinis terhadap pemulung. Sampai-sampai di sejumlah kompleks perumahan elite tertulis papan pengumuman gagah: ''Pemulung Dilarang Masuk!'' Padahal, seperti sabda Rasulullah SAW, yang dilakukan pemulung adalah fi sabilillah, baik itu demi menghidupi anak-anaknya, orang tuanya, ataupun untuk dirinya sendiri agar tidak meminta-minta kepada orang lain.

Di sisi lain, sampah bukanlah harta yang bisa dibanggakan. Sampah adalah barang buangan. Bagi tuannya, sampah adalah barang tak berguna. Tiada yang mau menimbun sampah di dalam rumah kecuali orang malas lagi bodoh. Tidakkah kita berterima kasih, jika ada orang yang mau 'menelateni' sampah yang kita buang daripada membusuk di bak sampah? Pemulung sama sekali tidak merugikan masyarakat, bahkan ia justru membantu. Memulung adalah pekerjaan halal. Islam sangat memuliakan orang yang makan dari hasil keringatnya sendiri.

Rasulullah SAW bersabda, ''Tidak ada makanan yang lebih baik yang dimakan seseorang daripada makanan yang didapat dari hasil kerjanya sendiri.'' (HR Al-Bukhari). Para pemulung, sejatinya, mengajak kita untuk merenung. Wallahu a'lam bish-shawab.

Sumber

Tidak ada komentar:

Posting Komentar